Tim riset mandiri Gunung Padang melakukan penelitian lewat analisis tomografi, georadar, geolistrik, serta arkeologis.
Hasil analisis tomografi mengungkap adanya zona dengan cepat rambat suara rendah. Artinya, terdapat rongga di perut Gunung Padang.
Sementara itu, georadar dan geolistrik mengungkap adanya water loss yang juga menjadi indikasi adanya rongga.
Di sisi lain, penelitian geologis menguak bahwa terdapat lapisan tanah yang bukan hasil pelapukan, melainkan dikumpulkan sebagai dasar bangunan.
Kesimpulan hasil penelitian memicu kontroversi. Beberapa arkeolog dan geolog menganggap bahwa para arkeolog dan geolog dalam tim riset itu terlalu "jump to conclusion".
Geolog Awang Harun Satyana menyatakan bahwa mungkin saja ada ruang di dalam perut Gunung Padang, tetapi belum tentu ruang itu buatan manusia.
Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto, mengatakan, harus ada jejak budaya sebelum mengatakan bahwa terdapat lapisan budaya dalam Gunung Padang.
Danny memaparkan, sangat wajar bila kontroversi muncul dari hasil penelitian ini. "Ini memang sangat frontier. Jadi kalau banyak ilmuwan kaget, wajar," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.