Banjir Jakarta
Banjir Jakarta yang terjadi 17 Januari 2013 bisa dikatakan sebagai bencana banjir paling fenomenal tahun ini.
Banjir Jakarta terjadi akibat paduan beragam faktor. Dari sisi meteorologi, beberapa hari sebelum banjir, hujan mengguyur wilayah Jakarta dan merata, mencapai intensitas 40 - 100 mm. Hujan yang merata mengakibatkan volume air yang menggenang besar.
Besarnya volume air mungkin bisa ditampung bila faktor-faktor lain, seperti sistem drainase, situ yang berfungsi baik, dan tata kota, mendukung.
Sayangnya, kejadiannya tak demikian. Tata kota Jakarta parah, situ tak berfungsi baik, sementara drainase Jakarta juga buruk. Akibatnya, volume air yang menggenang besar, bahkan menjebol tanggul.
Banjir terjadi di wilayah yang cukup luas, bahkan kawasan Bundaran Hotel Indonesia dan Menteng pun terendam. Dari bencana bajir ini, setidaknya 20 orang tewas.
Topan Haiyan
Topan Haiyan menghantam beberapa wilayah. Namun, wilayah yang paling terdampak adalah Filipina. Topan itu menghantam wilayah tacloban, Filipina, dengan kecepatan 313 km. Perserikatan Bangsa-bangsa memerkirakan, jumlah korban tewas akibat topan Haiyan mencapai 4.460 orang.
Di luar korban tewas, jumlah korban luka juga mencapai ribuan sementara banyak penduduk kehilangan tempat tinggal.
Bencana topan Haiyan menjadi pembicaraan dalam COP-19 di Warsawa, Polandia, yang membahas tentang perubahan iklim. Delegasi Filipina, Yeb Sano, menyebutkan bahwa topan Haiyan adalah salah satu bentuk "kegilaan iklim", menunjukkan kaitan antara bencana dan perubahan iklim.
Ledakan Meteor Rusia
Ada lima fakta yang membuat ledakan ini "wow". Pertama, meski tak ada korban tewas, korban luka-luka akibat ledakan mencapai ribuan orang.