Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai di Utara Belum Berlalu

Kompas.com - 08/11/2013, 09:39 WIB

Oleh Yuni Ikawati

KOMPAS.com - Bulan November 2013 badai tropis masih ada di utara dekat perairan Indonesia, yang mestinya sudah berhenti. Sementara di Samudra Hindia—di selatan Indonesia—belum juga terbentuk siklon tropis. Dua kejadian ini bentuk anomali cuaca yang terjadi dalam tiga tahun terakhir.

Sejak akhir Oktober lalu hingga Kamis (7/11/2013) telah terbentuk tiga siklon tropis mengarah ke barat laut atau ke Laut China Selatan, yaitu Krosa, Thirty, dan Haiyan. Di Filipina, Krosa dan Thirty dinamai Vinta dan Wilma.

Krosa memicu tanah longsor di Pulau Luzon, Filipina, 31 Oktober, yang menewaskan tiga orang. Setelah Krosa, pada 3 November terbentuk Thirty di sekitar Mindanao yang dua hari kemudian melintasi Palawan dan mengarah ke selatan Vietnam. Gangguan udara ini menimbulkan hujan lebat di wilayah yang dilalui.

Adapun siklon tropis Haiyan terbentuk di Samudra Pasifik dekat Mikronesia pada 3 November. Pada 4 November, bergerak ke arah barat. Pusat badai berada 1.300 km di tenggara Mikronesia dan 2.700 km timur Filipina.

Kecepatan Haiyan di pusaran angin mencapai 121 km per jam pada 5 November lalu. Pusatnya berjarak 1.100 km timur Palau dan 780 km di Mikronesia, bergerak ke arah barat laut.

Hingga 6 November, Haiyan menerjang Pulau Woleai di Pasifik. Badai tropis itu mengalami penguatan yang signifikan hingga Kamis (7/11/2013). Badai akan terus bergerak ke arah barat-barat laut dalam 48 jam mendekati Filipina pada Jumat (8/11/2013) pagi. Oleh karena itu, Badan Meteorologi Filipina telah mengeluarkan peringatan dan upaya evakuasi penduduk di daerah yang berpotensi terdampak di Pulau Cebu dan Talkoban.

Menurut pengamat cuaca di Tropical Cyclone Warning Centre Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Zakiyah, Haiyan telah menjadi Super Typhoon (Topan Super) kategori 5. Kecepatannya di atas 215 km per jam. ”Peningkatan kecepatan Haiyan dari kategori 3 ke kategori 5 hanya berlangsung 13 jam sejak pukul enam pagi,” ujarnya.

Umumnya peningkatan intensitas badai satu peringkat memakan waktu 1-2 hari. Oleh karena itu, intensitas Haiyan merupakan kejadian di atas rata-rata.

Demikian pula dengan pembentukan badai. Pada bulan November, normalnya terbentuk dua badai. Saat ini sudah muncul tiga badai. Pada Oktober, menurut data historis, rata-rata terbentuk 3-4 badai. ”Namun, yang terjadi bulan lalu ada enam badai,” urai Zakiyah.

Kurang hujan

Penyimpangan cuaca juga terjadi di wilayah selatan atau di Samudra Hindia. Hingga November 2013 belum terbentuk badai di kawasan tersebut. Padahal, matahari yang kini berada di belahan selatan berpotensi menimbulkan penguapan dan pusat tekanan rendah hingga memicu terbentuknya badai.

Saat ini, pola angin masih mengarah dari tenggara atau Benua Australia ke barat daya ke Benua Asia. ”Semestinya, pada musim hujan, pola angin yang terjadi sebaliknya,” kata Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG.

Pengaruh angin dari Australia yang membawa sedikit massa udara dan cenderung kering ini mengakibatkan wilayah di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara kurang hujan. ”Kondisi ini akan bertahan hingga akhir November,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono Rahadi Prabowo.

Kurang hujan di kawasan Indonesia pada bulan Oktober dan November ini juga dipengaruhi kuatnya siklon tropis di utara. Pembentukan siklon tropis dengan intensitas tinggi itu dipicu menghangatnya suhu muka
laut di Laut China Selatan yang menimbulkan pusat tekanan udara rendah. ”Akibatnya
terjadi aliran massa udara dari wilayah lain tertarik ke pusat tekanan rendah itu,” urai Mulyono.

Hingga November, wilayah yang telah memasuki musim hujan masih sekitar 40 persen, padahal pada kondisi normalnya sudah 60 persen. ”Sampai akhir Oktober hanya sebagian wilayah Sumatera yang diguyur banyak hujan,” ujarnya.

Banyak hujan hanya terjadi di Sumatera karena menghangatnya suhu muka laut Samudra Hindia di barat Sumatera.

Pada bulan Desember mendatang, curah hujan diperkirakan mulai meningkat, tetapi diperkirakan tidak sebesar tahun lalu yang tergolong sangat basah. Dalam skala lebih luas, hingga Juni tahun depan, curah hujan di Indonesia, terutama di kawasan timur, akan lebih rendah dari normalnya. Hal ini disebabkan suhu muka laut di Pasifik yang cenderung menghangat, mengarah ke El Nino.

Wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami curah hujan di bawah normal hingga Juni 2014. Kondisi cuaca tersebut merupakan dampak dari menghangatnya suhu muka laut di Pasifik yang menunjukkan gejala mengarah pada fenomena El Nino.

Masih pancaroba

Melihat gejala cuaca saat ini, baik Edvin maupun Ardhi Andhary Arbain yang merupakan peneliti cuaca dari Nusantara Earth Observation Network (Neonet) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berpendapat bahwa Indonesia masih dalam masa pancaroba. Itu ditunjukkan oleh suhu udara yang panas pada siang hari dan hujan pada sore hari yang tak jarang diiringi angin kencang dan petir. Hujan yang terjadi berlangsung singkat dengan intensitas tinggi.

Untuk layanan informasi cuaca secara daring hingga lingkup kelurahan kepada masyarakat, saat ini BPPT telah mengembangkan Sistem Informasi Hujan dan Genangan Berbasis Keruangan (Sijampang). Selama ini Sijampang diuji coba di wilayah DKI Jakarta. Sistem ini selanjutnya akan diterapkan BMKG. ”Hingga menjangkau seluruh Indonesia,” ujar Ardhi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com