Mengapa Manusia "Parno" Melihat Ular? Ilmuwan Mengungkapnya

Kompas.com - 30/10/2013, 18:18 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Kewaspadaan atau mungkin ketakutan sampai paranoid ketika manusia melihat ular mungkin bukan tanpa alasan.

Hasil riset terbaru menunjukkan bahwa kewaspadaan saat menghadapi ular merupakan sifat yang dimiliki manusia, diturunkan dari sifat primata yang diperoleh lewat proses evolusi.

Ilmuwan menemukan bahwa monyet rhesus memiliki sel-sel saraf khusus yang merespons citra ular guna meningkatkan kewaspadaan.

Sel-sel saraf yang sensitif pada ular itu lebih banyak dan merespons lebih kuat dan cepat daripada sel saraf yang merespons wajah monyet ekor panjang, tangan, atau geometri tertentu.

Lynn Isbell, profesor antropologi dari University of California di Davis, California, yang memimpin riset mengatakan bahwa dia terkejut dengan hasil riset itu.

"Kami menemukan bukti dari gagasan bahwa ular memberikan tekanan seleksi yang kuat pada primata," ungkap Isbell seperti dikutip Voice of America, Selasa (29/10/2013).

Isbell pada tahun 2006 mengajukan teori bahwa primata, moyang manusia, mengembangkan ciri penglihatan dekat dan tajam untuk menghindari ular.

Mamalia modern dan ular yang cukup besar untuk memakannya berevolusi pada masa yang relatif sama, 100 juta tahun lalu.

Sementara itu, ular berbisa mulai berevolusi 60 juta tahun lalu, menakuti predator yang berbagi habitat sama di padang rumput dan pepohonan.

Monyet yang dipakai di dalam penelitian ini berada di dalam pelindung dan sebelumnya belum pernah menjumpai ular.

"Saya tak melihat adanya alternatif lain untuk menjelaskan sensitivitas sel saraf ini selain lewat jalur evolusi," kata Isbell.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (28/10/2013).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau