Spesies ular berbisa itu punya ujung ekor berwarna oranye atau abu-abu. Anehnya, berbeda dengan ular lain yang ujung ekornya semakin mengecil, ular jenis ini punya ekor bercabang seperti laba-laba.
Ketika bergerak, ular ini semakin tampak aneh. Sementara bagian tubuh lainnya bergerak, bagian ekor diam sepanjang jalan. Coba lihat video ini.
Ular jenis ini pertama kali ditemukan di gurun wilayah Iran pada tahun 1968. Spesimen kemudian dibawa ke Field Museum of Natural History di Chicago.
Ilmuwan bernama Steven Anderson pertama kali mengamati ular tersebut pada tahun 1970. Ia mengira ada seekor laba-laba yang sedang menempel pada ular tersebut. Setelah mengamati lebih dekat, barulah ia sadar bahwa itu adalah ekor.
Ekor yang janggal itu memicu pertanyaan. Apakah ekor laba-laba itu adalah bentuk kelainan akibat tumor atau parasit? Penelitian ternyata membuktikan bahwa ekor laba-laba itu memang variasi.
Buktinya, tahun 2003, ilmuwan Iran Hamid Bostanchi menemukan ular yang sama dengan ekor yang punya karakteristik serupa. Ilmuwan Iran lainnya, Behzad Fathinia, mengonfirmasi dengan menangkap ular itu hidup-hidup pada tahun 2008.
Masyarakat lokal di Iran menyebut ular ini Mar-e-pardar (ular berbulu) atau Mar-e-gatch (ular gipsum). Tekstur sisik ular ini makin terlihat kasar ketika sedang waspada.
Apa gunanya punya ekor berbentuk kompleks itu? Ilmuwan menduga bahwa hal tersebut terkait dengan kelicikan ular tersebut untuk menjebak mangsa.
Ular umumnya punya bentuk menyerupai cacing. Bentuk tersebut dianggap cukup menarik bagi hewan seperti katak dan kadal.
Dengan memiliki ekor serupa laba-laba, P. urarachnoides hendak menjebak mangsa lain, yakni golongan burung yang memangsa serangga atau arachnida.
Pengamatan yang dilakukan Fathinia dalam penelitiannya beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa strategi P. urarachnoides efektif menjebak burung.
Ia menaruh anak ayam di dekat ular yang berpose sedemikian rupa sehingga hanya menampakkan ekornya itu. Setelah setengah jam, anak ayam itu mendekati ekor ular tersebut dan mematuknya.
Yang terjadi kemudian adalah tragedi. Ular itu mulai menyerang anak ayam itu dalam waktu kurang dari 0,5 menit. Dalam waktu 1 jam, anak ayam tersebut mati.
Meski tujuan memiliki ekor berbentuk laba-laba itu jelas, asal-usul berkembangnya ekor laba-laba pada ular itu masih misterius.
Disarikan dari tulisan Ed Yong dalam kolom Not Exactly Rocket Science di situs web National Geographic
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.