Penggunaan tanah untuk lapisan bangunan lazim. "Prambanan dan Borobudur juga dilapisi tanah. Di Prambanan, lapisan tanahnya bisa 12 meter. Kalau di Borobudur 8 meter," ungkap Ali.
Dengan demikian, bila dibayangkan, situs Gunung Padang secara vertikal adalah selang-seling antara batuan dan tanah.
Pada kedalaman 2 meter, antara lapisan budaya pertama dan kedua terdapat tanah. Kemudian lapisan tanah juga ada pada kedalaman 5 meter, memisahkan lapisan budaya dua dan tiga. Terakhir, lapisan tanah terdapat antara lapisan budaya tiga dan empat.
Berkomentar terhadap interpretasi Ali, Siswanto, peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta, mengatakan bahwa tidak sembarang lapisan batuan bisa dikatakan sebagai lapisan budaya.
"Kalau mau dikatakan lapisan budaya, ya harus ada sentuhan manusianya," kata Siswanto. Jejak budaya bisa berupa potongan batuan yang jelas berbeda antara potongan alam dan potongan manusia. Potongan alam, misalnya, memiliki bekas pukulan karena alat tertentu.
Sementara geolog dari ESDM, Awang Harun Satyana, mengungkapkan bahwa interpretasi hasil tomografi perlu dimantapkan lagi.
Ia mengatakan, adanya zona dengan kecepatan suara lambat tidak selalu menunjukkan adanya ruang buatan manusia di dalam tanah. Keberadaan ruang dimungkinkan, tetapi bisa jadi berupa gua yang memang bentukan alam.
Awang juga mengkritisi metode penanggalan karbon. Ia mengungkapkan, sampel harus akurat sehingga analisis akurat. Dalam geologi, tak jarang peneliti mengambil sampel yang kurang tepat berupa kayu pohon purba. Dengan demikian, tak mengherankan bila umurnya sangat tua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.