"Tetapi, sekarang sudah tidak aktif lagi. Kemungkinan sudah tidak aktif dari jutaan tahun lalu," katanya.
Irwan Meilano, pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan bahwa apa yang ditemukan di bawah laut Bengkulu "lebih pas disebut seamount (bukit laut)".
"Karena busur vulkanik di Sumatera berada di dekat sesar Sumatera. Mulai dari Gunung Seulawah, Toba, Sinabung, Talang, Marapi, dan lainnya, semuanya ada di dekat sesar Sumatera," papar Irwan.
"Jadi, busur gunung apinya tidak di kepulauan luar (fore arc), tetapi di tengah Pulau Sumatera," tegasnya.
Irwan mengungkapkan, mungkin saja ada hotspot gunung api di luar busur gunung api. Namun, peluangnya kecil.
"Gunung api di Indonesia kebanyakan terbentuk sebagai proses subduksi sehingga areanya dapat kita perkirakan. Peluang adanya gunung api yang terbentuk dengan mekanisme lain (hotspot) mungkin saja, tetapi peluangnya kecil," jelasnya.
Surono mengatakan bahwa otoritas menetapkan aktif atau tidaknya gunung api dan bahayanya berada di tangan PVMBG. Ia mengimbau kepada kalangan peneliti ataupun pemerintahan agar tidak menyebarkan kepanikan.
Danny mengatakan, masih banyak gunung api aktif di darat yang jelas punya ancaman. Jadi, tidak perlu memikirkan ancaman dari gunung api yang sudah tidak aktif lagi, atau malah yang belum pasti merupakan gunung api.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.