Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satwa di Kebun Binatang Tidak Sejahtera

Kompas.com - 11/09/2013, 19:23 WIB

Pengelola, lanjutnya, menganggap jumlah satwa yang semakin banyak akan berdampak positif bagi jumlah pengunjung yang datang.

"Harusnya ada pembatasan jumlah hewan dan peningkatan kualitas, bahkan kalau perlu buat spesialisasi."

Rosek menyerukan agar pemerintah menetapkan moratorium pembangunan kebun binatang baru karena menurutnya saat ini pemerintah daerah melirik pembukaan kebun binatang sebagai sumber pemasukan baru.

Sementara itu, menurut Tonny Sumampouw, masalah pendanaan dan kurangnya sumber daya yang kompeten juga membuat penanganan satwa kurang sesuai.

Kementerian Kehutanan yang punya wewenang mengatur lalu lintas koleksi satwa liar di Indonesia, menurut Tonny, telah melakukan kerja sama dengan PKBSI, LIPI, dan berbagai lembaga untuk membuat akreditasi lembaga konservasi.

Tujuannya agar pengelola mengerti betul standar kebun binatang yang ideal.

"Kami juga melakukan pelatihan rutin tentang konservasi dan perawatan satwa agar SDM di kebun binatang memiliki keahlian," kata Tonny.

Jadi prioritas

Tudingan pengelola kebun binatang melalaikan satwa peliharaannya dibantah Humas Kebun Binatang Ragunan, Wahyudi Bambang.

Dalam kasus Ragunan, menurut Wahyudi, pengelola menempatkan peran konservasi dan edukasi pada urutan paling atas dan fungsi rekreasi di tempat paling akhir untuk memastikan hewan terpelihara baik.

"Perawatan satwa terjadwal, dibersihkan kandangnya, diberi makan secara rutin, dan penjaga satwa selalu memperhatikan perilaku mereka. Jika ada perubahan perilaku, mereka langsung berkonsultasi dengan dokter hewan," katanya.

Kesulitan yang dialami para penjaga kebun binatang, menurutnya, terletak pada upaya memberi pengertian pengunjung untuk tidak memberi makan binatang.

"Kita sudah menghalangi, memberi papan peringatan. Tetapi beberapa masih melakukan. Padahal makanan manusia itu bisa mengganggu pola makan hewan."

Wahyudi juga membantah kebun binatang bermasalah dengan urusan dana.

Ragunan, menurut Wahyudi, memperoleh subsidi pemerintah, ditambah pendapatan dari penjualan tiket pengunjung yang jumlahnya ditentukan targetnya per hari.

Harga tiket kebun binatang terbesar kedua Asia ini dipatok Rp 4.500 untuk pengunjung dewasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com