Peneliti dari Universty of California memaparkan hasil penelitiannya dalam International Penguin Conference (IPC) yang berlangsung di Bristol, Senin (2/9/2013).
Alexandra Wright dan Paul Ponganis, peneliti dalam studi ini, meneliti detak jantung dari penguin kaisar saat mencari makan di Cape Washington Colony, Antartika.
Keduanya mengukur detak jantung dengan electrocardiogram (ECG) dan melihat perilaku berenang dengan time depth recorder (TDR).
Peneliti menemukan, detak jantung penguin saat menyelam berkurang dari 70 kali per menit normalnya menjadi hingga 10 kali per menit.
Penguin kaisar memiliki struktur hemoglobin yang tak biasa sehingga bisa tetap berfungsi saat kadar oksigen rendah.
Fauna itu juga punya tulang yang solid untuk mengurangi risiko barotrauma, kerusakan jaringan tubuh akibat perbedaan tekanan.
Selain itu, penguin kaisar juga punya kemampuan untuk mengurangi metabolisme dan "mematikan" kerja beberapa organ tubuh yang tidak esensial agar bisa bertahan hidup.
Dengan berkurangnya detak jantung, konsumsi oksigen berkurang. Dengan demikian, penguin bisa bertahan di dalam air lebih lama.
Diberitakan Physorg, Senin hari ini, adaptasi penguin kaisar justru lebih sesuai dengan mamalia laut daripada dengan rekannya sesama burung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.