Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Krakatau Setelah 130 Tahun Letusan "Ibunya"

Kompas.com - 29/08/2013, 17:04 WIB

”Di Selat Sunda bagian selatan graben ini masih aktif,” ujar Susilohadi. Pergerakan slaver ini menjelaskan membukanya Selat Sunda yang menjadi jalur keluar magma.

Dalam Journal of Southeast Asian Earth Sciences Vol 1 1986, peneliti Jepang dari Departemen Geologi dan Mineralogi, Fakultas Sains, Universitas Kyoto, Susumu Nishimura, dan timnya yang melakukan penelitian geologi, pengukuran gravitasi, studi paleomagnetik dan geokimia mengonfirmasi munculnya deretan aktivitas vulkanik utara-selatan, yaitu Sukadana, Rajabasa, Sebesi, Sebuku, dan Krakatau di sepanjang regangan Selat Sunda sepanjang 200 km.

Sumber magma besar

Dari deretan tersebut, kini tinggal Anak Krakatau yang aktif dan terhitung sangat aktif. Ketinggiannya kini mencapai 305 meter (Data Gunung Api Indonesia, 2011). Menurut Irwan, ketinggian Anak Krakatau sudah lebih dari 315 meter.

”Pertumbuhannya amat cepat,” ujar Irwan. Jika dihitung dari letusan tahun 1927, setelah tenang 44 tahun, gunung ini tumbuh 3,6 meter per tahun. ”Kondisi amat aktif hanya bisa terjadi jika sistem ekstensinya (regangan) kuat,” kata Irwan.

Sistem ekstensi yang kuat, kata Irwan, amat terkait dengan adanya beberapa kantong magma di bawah. Kantong-kantong magma inilah yang aktif memasok magma ke permukaan.   

Dari penelitian tentang sistem pipa pada kantong-kantong magma, dengan menggunakan model termobarometrik, didapati bahwa magma yang sampai ke permukaan berasal dari beberapa kantong magma. Kantong-kantong tersebut terdapat di lapisan dangkal (kurang dari 7 km) dan lapisan tengah (7 km-22 km).

Selain itu disimpulkan bahwa Anak Krakatau kini sedang berproses membesar dan meninggi dengan magma dominan silika. Gunung dengan kandungan silika pada magma biasanya letusannya besar, banyak mengandung gas. Karakter yang dimiliki induknya dulu. Like mother like daughter....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com