KOMPAS.com — Selama ini, global position system (GPS) hanya digunakan untuk mengetahui lokasi. Kini, para ilmuwan tengah berupaya memanfaatkan GPS mengukur kecepatan angin dalam badai sehingga keganasan badai bisa diperkirakan.
GPS bisa dimanfaatkan untuk pengukuran badai karena sifatnya yang mampu dipantulkan ketika menumbuk permukaan air. Karena badai sebenarnya tersusun atas uap air, sinyal GPS juga bisa mengalami pemantulan saat menumbuk badai.
Stephen Katzberg bekerja sama dengan Langley Research Center, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), adalah ilmuwan yang berupaya mengembangkan GPS untuk mengukur kecepatan angin dalam badai ini.
Ia telah melakukan percobaan pengukuran kecepatan badai dengan GPS menggunakan pesawat milik Badan Atmosfer dan Kelautan AS (NOAA), yang disebut Hurricane Hunter.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa GPS mampu memberikan informasi berharga terkait badai yang dibutuhkan dengan dana yang lebih murah.
Katzberg mengatakan, sejumlah 60 persen sinyal GPS dipantulkan ke udara saat menumbuk permukaan air. Seperti permukaan air yang bergelombang, sinyal GPS yang dipantulkan juga punya karakteristik sama.
"Gelombang radio memantul dari permukaan yang bergelombang. Semakin kacau permukaan, pantulan juga makin kacau dan itulah yang kita ukur," kata Katzberg menguraikan prinsip pengukuran kecepatan badai.
Untuk mengukur kecepatan badai, Katzberg menggunakan kepingan penerima yang terdapat pada pesawat Hurricane Hunter. Kepingan penerima ini mirip seperti yang ditemukan pada smartphone.
Selanjutnya, komputer akan memproses data sinyal pantul yang diterima, membandingkan antara sinyal yang dipancarkan dengan sinyal pantul yang diterima sehingga kecepatan angin dalam badai bisa diketahui.
Penggunaan satelit GPS untuk mengukur dan memetakan badai bermula dari keinginan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang badai tanpa perlu mengeluarkan banyak dana.
Saat ini, untuk mengukur kecepatan angin dalam badai, peneliti menggunakan alat bernama dropsonde. Alat ini dipakai dengan "dijatuhkan" di tengah badai.
Akurasi dropsonde memang sangat tinggi. Namun, harga dropsonde sangat mahal, mencapai 750 dollar AS, dan hanya bisa sekali pakai.
Pemakaian GPS menjanjikan karena walaupun akurasinya sedikit rendah, harganya murah. Kartzberg berharap suatu hari GPS dapat dimanfaatkan dalam bidang meteorologi untuk mengukur kecepatan badai.
Kecepatan badai sendiri penting diukur untuk bisa memperkirakan dampak badai dan kapan badai akan mencapai wilayah tertentu. (Dyah Arum Narwastu)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.