Akankah Badai Asteroid Mengancam Manusia?

Kompas.com - 12/06/2013, 12:52 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Mari mengilmiahkan apa yang ada di film fiksi ilmiah. Ini perlu karena tak semua yang dideskripsikan dalam film fiksi ilmiah memang benar-benar ada.

Contoh, film After Earth yang diputar di bioskop Indonesia sejak 5 Juni 2013 lalu. Di film itu diceritakan Cypher Raige (Will Smith) dan Kitai (Jada Smith) yang melakukan penerbangan antariksa mengalami serangan badai asteroid sehingga terpaksa harus mendarat di planet yang ternyata Bumi. Dikisahkan, manusia telah meninggalkan Bumi selama 1.000 tahun, menetap di planet bernama Nova Prima.

Nah, apakah memang ada fenomena badai asteroid itu? Apakah itu akan menjadi ancaman bagi manusia?

Ferry M Simatupang, astronom dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan, fenomena yang disebut dengan badai asteroid sebenarnya tidak ada. Ia mengatakan, memang ada wilayah di Tata Surya yang kaya asteroid. Namun, kalaupun terbang di wilayah tersebut, fenomena badai asteroid tidak akan terjadi karena jarak antara asteroid satu dan yang lain masih cukup jauh.

"Jadi istilah badai asteroid di After Earth itu baru pertama kali didengar," kata Ferry saat dihubungi Kompas.com, Selasa (11/6/2013).

Sementara itu, astronom amatir Ma'rufin Sudibyo juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, mungkin yang dimaksud dalam film adalah badai meteoroid yang selalu disaksikan penduduk Bumi sebagai hujan meteor. Menurut Ma'rufin, badai asteroid adalah fenomena yang belum dikenal dan sulit terjadi.

"Yang lebih mungkin terjadi adalah badai komet," cetus Ma'rufin. Asteroid dan komet berbeda. Salah satu perbedaannya adalah material penyusunnya. Asteroid tersusun atas batuan logam, sementara komet tersusun atas es.

Ma'rufin mengungkapkan, badai komet adalah peningkatan jumlah komet yang memasuki Tata Surya bagian dalam hingga jauh di atas normal. Jika sekarang terdapat 100-150 komet per tahun yang melintasi Tata Surya bagian dalam, maka saat badai komet nanti jumlahnya bisa meningkat hingga ribuan kali lebih besar. Jika saat ini komet yang lewat berasal dari keluarga Kreutz Sungrazer (komet yang mampu mencapai titik yang sangat dekat dengan Matahari), maka dalam badai komet nanti, komet yang melintas bisa berasal dari keluarga lain.

Kapan badai komet terjadi? "Kalau menurut hipotesis Shiva, akan terjadi setiap 30-33 tahun sekali," kata Ma'rufin.

Hipotesis ini diusulkan oleh Michael Rampino dari New York University, menguraikan kemungkinan kepunahan massal karena tumbukan benda langit. Dalam hipotesis ini, gravitasi dari Tata Surya saat melewati lengan Bimasakti mampu mengganggu orbit komet di wilayah Awan Oort sehingga komet bergerak ke dalam Tata Surya, meningkatkan kemungkinan tumbukan.

Meski demikian, hipotesis Shiva ini pun belum sepenuhnya diterima kalangan ilmuwan.

Jadi, apakah badai asteroid dan badai komet mengancam manusia? Untuk badai asteroid, karena fenomenanya saja sebenarnya tidak ada, maka jawabannya tidak. Untuk badai komet, hipotesis Shiva masih perlu dibuktikan dahulu.

Film After Earth juga menyuguhkan beberapa kondisi yang sebenarnya tak mungkin terjadi. Misalnya, perbedaan ekstrem suhu siang dan malam dalam kadar karbon dioksida tinggi dan makhluk hidup raksasa di tengah kondisi lingkungan yang rusak dan ditinggalkan manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau