Mengapa Matahari di Atas Kiblat?

Kompas.com - 13/07/2013, 08:38 WIB

Penjaga kiblat

Inilah waktu di mana Matahari memerankan dirinya sebagai penjaga kiblat (qibla-keeping) sehingga setiap titik di muka Bumi yang tersinarinya dapat menyejajarkan arah kiblat setempatnya dengan leluasa. Peran ini sebenarnya juga bisa dilakukan oleh Bulan mau pun benda langit lainnya seperti planet-planet dan bintang-bintang tertentu. Namun, dengan dominasi Matahari sebagai pusat tata surya sekaligus benda langit terbenderang bagi Bumi,  kedudukan Matahari sebagai penjaga kiblat jauh lebih menonjol.

Segenap umat Islam memahami bahwa ibadah shalat belum memenuhi syarat sahnya bila tidak menghadap kiblat. Namun, shalat tidaklah bertujuan menyembah kiblat, tetapi tetap tertuju kepada Allah SWT karena Allah SWT menitahkan untuk menjadikan Kabah sebagai kiblat, umat Islam mendudukkan Kabah sebagai titik fokus yang menjadi bagian ketaatan, baik dalam hal shalat dan ibadah lainnya maupun untuk kepentingan non-ibadah yang menjadi bagian kehidupan manusia sehari-hari ataupun pasca-kehidupan.

Oleh karena itu, arah kiblat tak sekadar terbatas pada masjid/mushala saja. Tak kalah pentingnya bagi kedudukan toilet maupun permakaman Muslim.

Pentingnya ketaatan dalam berkiblat dan bukan pada sosok bangunannya, nampak pada peristiwa penting menjelang bulan suci Ramadhan yang pertama dijumpai Nabi SAW dan para sahabat pasca-peristiwa hijrah, yakni saat kiblat dipindahkan dari yang semula berada di Baitul Maqdis di Yerusalem menjadi Baitullah (Kabah) di Mekkah.

Ketaatan pada Allah SWT merupakan hal utama bagi Nabi SAW dan para sahabat sehingga tidak menjadi masalah meski harus mengubah arah hadap shalat dengan begitu radikal, yakni dari arah utara-barat laut menjadi selatan, senyampang shalat masih berlangsung.

Peristiwa ini menyuguhkan banyak makna. Salah satunya adalah bahwa hanya dengan perpindahan kiblat inilah di hari-hari ini kita dapat menikmati peranan Matahari sebagai penjaga kiblat yang berkesinambungan. Hal ini takkan terjadi jika kiblat masih ada di Baitul Maqdis. Sebab, dengan lokasinya di garis lintang 31,78 LU,  tempat ini takkan pernah mengalami situasi hari tanpa bayangan sepanjang masa.

* Muh Ma'rufin Sudibyo, Koordinator Riset Jejaring Rukyatul Hilal Indonesia & Ketua Tim Ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah Kebumen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau