JAKARTA, KOMPAS.com — Meski harga bahan bakar minyak dinaikkan, masyarakat belum bisa memanfaatkan energi baru dan terbarukan. Biofuel, yakni bahan bakar nabati, tidak berpeluang karena harga produksi lebih tinggi. Adapun gas alam dan panas bumi masih terhambat infrastruktur.
”Biofuel yang terdiri dari biodiesel dan bioetanol beban produksinya Rp 9.000-Rp 10.500 per liter. Kenaikan bahan bakar solar untuk diesel menjadi Rp 5.500 dan premium Rp 6.500, tetap tidak memberi peluang produksi biofuel,” kata Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto, Rabu (19/6/2013), di Jakarta.
BPPT telah mengembangkan berbagai teknologi yang siap diaplikasikan. Beberapa teknologi di antaranya meliputi pengolahan biofuel dari minyak sawit serta turbin dan generator pembangkit listrik dari panas bumi.
Unggul mengatakan, gas alam saat ini diperkirakan berharga Rp 3.100, setara 1 liter premium. Listrik panas bumi 10-18 sen dollar AS per kilowatt jam. Harga ini lebih rendah daripada harga listrik dengan bahan bakar solar yang mencapai 36 sen dollar AS.
”Meski demikian, gas alam memiliki hambatan infrastruktur dalam pendistribusian melalui jaringan pipa. Produksi listrik panas bumi sering terhambat peraturan pembukaan lahan di hutan konservasi. Padahal, sumber panas bumi banyak terdapat di hutan lindung,” kata Unggul.
Pemanfaatan panas bumi saat ini baru sekitar 4 persen dari potensinya 29 gigawatt. Optimalisasi panas bumi dengan teknologi turbin dan generator oleh perusahaan swasta digencarkan, di antaranya melalui ajang Konferensi GeoPower Indonesia 2013 yang berlangsung 18-19 Juni 2013 di Jakarta.
”Kami memperluas pengembangan panas bumi dengan produksi turbin uap khusus untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi,” kata Kepala Unit Bisnis Industrial Power Siemens Energy Markus Tacke dalam siaran pers, kemarin.
Menurut Markus, generasi pembangkit listrik tenaga panas bumi sudah mapan. Berbeda dengan sumber-sumber energi terbarukan lain, energi panas bumi dapat digunakan sepanjang waktu.
Unggul mengatakan, produksi massal turbin dan generator pembangkit listrik panas bumi yang dibuat BPPT saat ini masih menunggu investor. Produksi listrik dengan energi terbarukan akan mengurangi pemanfaatan bahan bakar minyak fosil. (NAW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.