KOMPAS.com — Spesies tikus mondok telanjang (Heterocephalus glaber) yang tak memiliki bulu telah lama menarik perhatian ilmuwan karena mampu berumur panjang, hingga 30 tahun, 10 kali lebih lama dari tikus umumnya.
Kini, tikus itu kembali menjadi perhatian. Riset terbaru yang dipimpin oleh Andrei Seluanov dan Vera Gorbunova dari University of Rochester menunjukkan bahwa tikus spesies tersebut memiliki senyawa kimia yang membuatnya kebal terhadap kanker.
Tim peneliti mengulturkan sel tikus itu di laboratorium. Mereka menemukan bahwa jaringan pada tikus itu kaya akan hyaluronan (HMW-HA), senyawa gula kompleks yang berfungsi seperti pelicin.
Ilmuwan mengatakan bahwa senyawa tersebut sejatinya memberikan elastisitas pada kulit tikus tanpa bulu itu. Hal ini membantunya bergerak lincah di habitatnya, menyelinap di lorong atau rongga bawah tanah.
Namun, eksperimen juga menunjukkan, ketika senyawa MHW-HA tersebut dihilangkan, tikus mondok telanjang menjadi rentan terhadap kanker. Hal ini mengindikasikan bahwa HMW-HA juga punya fungsi memberikan kekebalan terhadap kanker.
"Mempelajari hewan yang secara alami resisten pada kanker sangat menguntungkan dan dapat mengarahkan pada penemuan mekanisme perawatan dan pencegahan kanker," kata Gorbunova seperti dikutip BBC, Rabu (19/6/2013).
Ke depan, ilmuwan akan melakukan tes penggunaan HMW-HA pada sel tikus dan manusia. Versi yang sama dengan senyawa tersebut sebenarnya telah digunakan pada manusia untuk mengatasi penuaan dan radang sendi (arthritis).
"Ada bukti tak langsung bahwa HMW-HA bisa bekerja pada manusia. Senyawa ini sudah digunakan untuk injeksi anti-penuaan dan mengatasi rasa sakit akibat radang di sendi lutut tanpa efek merugikan. Kami berharap ini juga bisa berfungsi sebagai anti-kanker," kata Seluanov.
Sayangnya, meski nantinya terbukti bisa memberikan khasiat anti-kanker, aplikasinya pada manusia akan sulit. Diberitakan New Scientist, Rabu, seluruh sel manusia harus dimanipulasi untuk mengekspresikan HMW-HA. Ini berbahaya.
Namun, zat ini bisa bermanfaat bagi penderita radang sendi. "Kita bisa membayangkan merekayasa sel sendi pasien arthritis untuk mengekspresikan HMW-HA, meringankan gejala penyakit itu," kata Chris Haine dari Harvard School of Public Health yang juga terlibat riset.
Zat tersebut mungkin juga untuk memodifikasi sel kulit, otak, dan pembuluh darah manusia. Karena produksi hyaluronan pada sel di organ tersebut menurun seiring pertambahan usia, ilmuwan bisa merekayasa sel untuk menghasilkan HMW-HA agar mencegah penuaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.