Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia "After Earth", Mungkinkah Jadi Nyata?

Kompas.com - 11/06/2013, 20:56 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

"Makhluk hidup awal dan tumbuhan berperan menyerap CO2. CO2 yang besar kemudian disimpan dalam sel makhluk hidup," jelas Ferry.

Namun, dengan pemakaian bahan bakar fosil saat ini, kondisi serupa seperti sejarah awal Bumi bisa terjadi lagi. Menurut Ferry, manusia adalah aktor utama dalam perubahan Bumi di masa mendatang.

"Apa yang manusia sekarang lakukan adalah mengembalikan CO2 yang semula tersimpan ke atmosfer lagi," katanya.

Meski latar Bumi minim oksigen cukup masuk akal, latar lain dalam "After Earth" sangat sulit terjadi. Misalnya, adanya makhluk hidup berukuran raksasa setelah 1000 tahun Bumi ditinggalkan manusia akibat bencana.

"Kalau manusia sampai harus meninggalkan, logikanya habitatnya sangat rusak. Waktu 1000 tahun belum cukup untuk memunculkan makhluk hidup ukuran besar. Kalaupun ada makhluk hidup, pasti masih berukuran kecil," ungkap Ferry.

Latar lain adalah perbedaan siang malam yang ekstrem. Menurut Ferry, hal itu juga tidak masuk akal sebab diceritakan kadar CO2 tinggi.

"Perbedaan siang malam yang ekstrem itu mungkin terjadi kalau tidak ada efek rumah kaca. Kalau kadar CO2 tinggi itu tidak mungkin terjadi," jelas Ferry.

Nah, lalu, mungkinkah manusia benar-benar meninggalkan Bumi? Optimistisnya, mungkin. Bumi mungkin bukan planet eksklusif yang bisa mendukung kehidupan. Tetapi, untuk mewujudkan mimpi itu jadi nyata, masih perlu waktu sangat lama.

Ferry mengungkapkan, "Pencarian planet-planet yang mirip Bumi terus dilakukan. Sampai saat ini sudah 10 planet mirip Bumi yang ditemukan."

Jumlah tersebut memang sedikit. Tetapi, jika hanya sekadar menemukan planet mirip Bumi dengan observasi jarak jauh, dalam waktu 10 tahun lagi, kandidat planet yang mendukung kehidupan akan bertambah.

"Namun, itu masih kandidat. Untuk tahu pasti apakah planet itu bisa mendukung kehidupan, harus dilakukan pengamatan secara langsung," kata Ferry.

"Untuk itu, perlu dukungan teknologi perjalanan antariksa. Hasil pengamatan jarak jauh dengan jarak dekat bisa berbeda. Kita harus tahu suhu, permukaan planet dan sebagainya," sambungnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (11/6/2013).

Dengan krisis ekonomi akhir-akhir ini, dipastikan misi menjelajah antariksa menemukan tempat tinggal baru akan mengalami hambatan.

"Masalah utama yang ada pada saat ini, belum ditemukan planet lain yang benar-benar bisa mendukung kehidupan. Jadi, jawaban apakah (mimpi tinggal di planet lain) terwujud atau tidak, jawabannya antara ya dan tidak," ungkap Ma'rufin.

Jika memang nanti ada planet baru yang dinyatakan bisa mendukung kehidupan, manusia juga tak langsung bisa menghuni, harus melakukan proses terraforming terlebih dahulu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com