Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Penyebaran CDV pada Harimau Sumatera Dikonfirmasi

Kompas.com - 11/06/2013, 14:52 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gejala penyebaran Canine Distemper Virus (CDV) pada harimau sumatera dikonfirmasi. Beberapa kasus yang dijumpai di beberapa wilayah Sumatera merujuk pada penyebaran CDV dijumpai meskipun masih perlu dikonfirmasi.

Diberitakan Kompas.com, Senin (10/6/2013), riset John Lewis, Direktur Wildlife Vets International, menyatakan bahwa harimau sumatera menjadi salah satu spesies harimau yang terancam CDV, virus yang disebarkan oleh anjing.

Lewis menyatakan bahwa tanda penyebaran CDV pada harimau sumatera diketahui dari penduduk sekitar. Gejala seperti yang dikatakan penduduk sekitar adalah harimau yang tidak takut lagi pada manusia.

Menurut Lewis, dengan populasi harimau sumatera yang kurang dari 700 individu, CDV menjadi ancaman kepunahan setelah destruksi habitat dan perburuan. Perubahan perilaku menjadi tak punya ketakutan pada manusia membuat harimau makin terancam.

Sunarto, Koordinator Konservasi Gajah dan Harimau WWF Indonesia, mengatakan bahwa di Sumatera, gejala penyebaran CDV memang sudah dijumpai akhir-akhir ini di wilayah Bengkulu, Jambi, dan Riau.

"Kurang lebih dua sampai tiga bulan lalu, sekitar bulan April. Harimau menjadi tidak takut pada manusia. Ini tidak biasa karena biasanya harimau cenderung menghindar bila bertemu manusia," ungkap Sunarto saat dihubungi Kompas.com, Selasa (11/6/2013).

Dalam beberapa kejadian di Riau, Bengkulu, dan Jambi, harimau masuk ke perkampungan tanpa rasa takut menghadapi manusia. Di Jambi, kejadian berlangsung cukup lama. Masyarakat merespons dengan ketakutan.

Terkait perusakan habitat

Sunarto mengatakan, CDV memang ditularkan oleh anjing. Namun, mekanisme sehingga penularan tersebut mungkin terjadi tak lepas dari aktivitas manusia dalam merusak dan merambah hutan sehingga menambah intensitas interaksi antara manusia, hewan piaraan, dan satwa liar.

"Habitat semakin rusak. Intensitas manusia dengan satwa liar semakin besar. Para pemburu sering berburu babi hutan dengan membawa anjing. CDV bisa jadi ditularkan oleh anjing ini. Anjing juga ada di desa-desa sekitar hutan," jelas Sunarto.

Sunarto mengatakan, CDV, bila terkonfirmasi telah menyebar ke harimau sumatera, bisa sangat mengancam. Ia menekankan perlu penelitian untuk mengonfirmasi hasil penelitian Lewis baru-baru ini.

"Kita perlu melakukan studi lebih lanjut. Kemudian kita lihat di mana saja daerah persebarannya dan bagaimana kita menyusun langkah. Ahli lain seperti ahli veteriner bisa terlibat," ungkap Sunarto.

CDV sendiri telah berkontribusi pada musnahnya harimau Tasmania. Penyakit yang semula hanya menyerang anjing ini kini menyerang kucing besar, termasuk singa dan harimau. Tahun 1990-an, 30 persen populasi singa di Serengeti, Afrika, mati karena CDV.

Menurut Sunarto, hasil riset tentang ancaman CDV sangat membuka mata, membuat manusia sadar akan ancaman penyakit pada satwa liar. "Selama ini, kita hanya mengatakan ancaman dari kerusakan habitat, tetapi kita sekarang tahu bahwa ada juga ancaman penyakit," paparnya.

Penyakit yang mungkin mengancam bukan hanya CDV, melainkan juga penyakit lain yang belum diketahui. Interaksi yang semakin intens antara manusia dan satwa liar berpotensi menularkan penyakit dari manusia dan hewan piaraan ke satwa liar dan sebaliknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau