Sementara harimau mampu menunjukkan respons imunitas, kebanyakan hewan langsung mati saat terpapar virus itu.
Lewis mengatakan, gejala penyakit tecermin dalam beberapa cara.
"Beberapa akan mati akibat masalah pernapasan, seperti pneumonia. Sementara beberapa akan mengalami masalah saraf seperti kehilangan rasa takut pada manusia serta menyerang," kata Lewis.
Belum ada data berapa banyak harimau yang mati. Sejauh ini data diperoleh dari observasi pada beberapa kasus di kebun binatang dan di alam liar.
Kasus harimau yang terserang CDV dijumpai di wilayah Russian Far East dan harimau kadang juga memakan anjing. Namun, sangat tak biasa harimau akan memakan anjing di perkampungan.
Kini penyelidikan asal CDV yang menginfeksi harimau diteruskan. Ada dugaan CDV ini berasal dari harimau Amur.
Sinyal yang mengkhawatirkan
Perubahan perilaku pada harimau ini menimbulkan kekhawatiran.
"Ini menempatkan harimau pada risiko besar sebab mereka kehilangan rasa takut pada pemburu atau sama saja mereka membawa diri ke situasi konflik, seperti bermain dengan lampu merah," papar Lewis.
Dalam kunjungan terakhir di Indonesia, Lewis mengatakan berdasarkan percakapan dengan penduduk lokal, CDV sudah menyerang harimau sumatera yang terancam punah.
Penduduk lokal mengatakan, harimau telah datang ke perkampungan dan kehilangan rasa takut kepada manusia.
"Bagi saya, ini menunjukkan bahwa CDV telah menunjukkan permulaan menyerang harimau sumatera," ucap Lewis mengingatkan.
"Tetapi, sebelum Anda mengatakan 'ya, itu memang efek CDV', Anda perlu melakukan diagnosis pada jaringan otak," ungkap Lewis.
"Ancaman terbesar harimau adalah hilangnya habitat serta degradasi dan perburuan. Namun, bagi saya, ancaman ketiga adalah penyakit, terutama CDV," kata Lewis.
Populasi harimau sumatera saat ini tinggal kurang dari 700 individu dengan 40 persen di antaranya adalah dewasa.
Pada bulan September 2013 nanti, Lewis akan kembali ke Sumatera dengan membawa ahli veteriner dari berbagai wilayah untuk kontak dengan harimau sumatera.
Ilmuwan akan merembuk sampel yang harus diambil dari harimau dan anjing untuk mendukung diagnosis. Kemudian, perlu dibicarakan di mana sampel akan dikerjakan dan disimpan. Setelahnya, perlu disusun strategi mitigasi dan itu takkan mudah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.