Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selat Bali Tercemar, Industri Pengolahan Ikan Terduga

Kompas.com - 07/06/2013, 20:18 WIB

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi menemukan indikasi pencemaran lingkungan di kawasan industri perikanan Muncar di Selat Bali. Industri pengolahan ikan dan industri rumah tangga diduga terlibat.

Pantai Muncar dipenuhi sampah dan bangkai ikan busuk. Muara sungai keruh, kehitaman, berminyak, dan bau. Selain dipenuhi sampah plastik dan organik membusuk, Pantai Muncar juga tercemar kaporit dan logam berat seperti merkuri yang melebihi ambang batas aman.

Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Banyuwangi Husnul Chotimah, Kamis (6/6/2013), tim peneliti mengambil sampel air di Pantai Muncar sepekan lalu. Kini, sampel diuji di laboratorium. ”Curiga ada kandungan merkuri,” ujarnya.

Merkuri, kata Husnul, dipakai untuk menjernihkan limbah minyak ikan yang dibuang pabrik. Selama ini, pemulung memunguti sisa minyak ikan yang dibuang ke selokan. Minyak ikan itu diproses lagi untuk dijernihkan.

Selain merkuri, diduga kandungan kaporit (tawas) melebihi ambang batas. Tawas untuk memproses ubur-ubur sebelum diekspor. Pada Juni-September, tangkapan ubur-ubur di Muncar melimpah. Setiap hari berton-ton ubur-ubur diproses warga di tepi pantai memakai tawas.

”Banyak pengolah ubur-ubur memakai tawas sembarangan agar cepat kesat. Padahal, merusak lingkungan,” kata Ivan Candra, peneliti pada laboratorium BLH.

Pabrik Tanpa IPAL

Catatan BLH Banyuwangi, 8 dari 18 pabrik pengolahan ikan di Muncar tanpa instalasi pembuangan air limbah (IPAL). Pabrik itu dilarang beroperasi sebelum IPAL dibuat. BLH juga meminta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim lebih aktif mengawasi pabrik dan industri rumahan terkait limbah.

Sebagian nelayan juga mengeluhkan pencemaran lingkungan parah. ”Setahun lalu, ikan sungguh langka, padahal sejak 1970-an Muncar pusat penghasil lemuru. Kami harap pabrik-pabrik besar tak lagi membuang limbah agar kami tetap memperoleh ikan,” kata Mahtab Ali (50), nelayan Muncar. (NIT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com