Sejumlah peternak yang ditemui Kompas di beberapa daerah mengatakan hal itu, Rabu (29/5).
Ketua Forum Peternak Indonesia Arum Sabil di Surabaya mengatakan, impor tidak perlu, apalagi khusus Jawa Timur setiap tahun mengalami surplus sekitar 150.000 ekor, sehingga banyak daerah seperti Jawa Barat, Jakarta, dan Kalimantan mengambil sapi dari Jatim.
”Peran Bulog untuk mengamankan harga daging tidak akan berhasil karena paling penting peternak lokal diberdayakan sehingga produksi meningkat,” katanya.
Pengendalian harga daging sapi, terutama menjelang Idul Fitri, bukan dengan cara
”Tidak ada jaminan Bulog akan mampu mengendalikan harga. Justru membuat peternak makin enggan memelihara sapi karena tidak menguntungkan,” ujar Arum Sabil.
Peternak sapi di Desa Gubug, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Bingan Purwo Suwito, mengatakan, harga sapi potong hingga Rabu masih normal. Harga sapi, yang sebelumnya naik karena pengaturan kuota impor, kini kembali normal.
”Sampai saat ini di daerah kami belum ada kenaikan harga. Biasanya memang mendekati Lebaran harga akan naik tinggi. Tetapi, itu wajar karena permintaan juga tinggi pada waktu yang bersamaan,” kata Bingan.
Meski demikian, harga daging sapi juga ditentukan bagaimana cara pemotongan daging, kualitas daging, dan daerah daging sapi dijual sehingga semakin baik kualitas daging biasanya harganya semakin mahal.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot (Penggemukan Sapi) Indonesia Joni Liano saat dihubungi di Bogor, Jawa Barat, mengatakan, karena pembiaran masalah tingginya harga daging sapi cukup lama, harga sapi dalam negeri telanjur terbentuk.