Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengurai Minyak Tahan Salinitas

Kompas.com - 10/05/2013, 03:08 WIB

Skala laboratorium

Jamur F oxysporum teruji mampu mengurai minyak mentah dan beberapa turunannya seperti chrysene dan n-octadecane. Asep meneliti 62 sumber tanah di Jepang dan Indonesia. Ia mendapatkan 92 jamur yang mengerucut pada F oxysporum dalam penyaringan di laboratorium.

Isolasi F oxysporum dicobakan pada minyak mentah. Hasilnya, jamur mampu menguraikan. Uniknya, meski diisolasi dari hutan tropis, jamur ini tahan terhadap air laut yang berkadar garam tinggi.

”Air laut mengandung garam yang menyulitkan hidup mikroorganisme. Namun, jamur Fusarium bisa hidup dan efektif mengurai crude oil,” katanya.

Selain tahan salinitas, mikroorganisme ini juga bisa tahan dalam kondisi basa dan asam (pH 4-8).

Jamur ini mampu mengurai senyawa berbahaya chrysene yang susah terurai menjadi karbon dioksida dan air yang aman bagi makhluk hidup.

Kini, Asep mengupayakan penerapan F oxysporum pada kondisi nyata di lapangan. Hal ini tidak mudah. Kondisi di lapangan dipengaruhi berbagai faktor seperti suhu, cuaca, dan arus.

Salah satu obsesi Pusat Penelitian Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) Kementerian Kehutanan adalah menemukan bioremediasi untuk pewarna tekstil yang mencemari sungai di kawasan industri tekstil. Kepala Puskonser Adi Susmianto berharap temuan serupa bisa diaplikasikan pada proses industri pulp dan kertas. Industri itu banyak menggunakan pemutih berbahan kimia dalam proses membersihkan warna kertas.

”Temuan Asep semakin menginspirasi Puskonser untuk melakukan upaya koleksi mikroba untuk berbagai kepentingan, baik bioremediasi, biohealth, bioenergi, bioplastik, maupun bioreklamasi,” kata Adi.

Untuk pemanfaatan mikroba sebagai agen bioremediasi, demikian Adi, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan kualitas hutan dan lingkungan. Sebagai misal dalam pengolahan asam tambang, reklamasi pascatambang, hingga mengatasi pencemaran logam berat akibat penggunaan air raksa dalam penambangan emas.

Pemanfaatan sumber daya mikroba kian menjanjikan bagi masa depan Indonesia dan dunia. Apalagi, Protokol Nagoya yang diratifikasi Indonesia pada 11 April 2013 membuka harapan pembagian keuntungan bagi pemilik ”plasma nutfah” berupa mikroba hutan tropis dapat digunakan oleh negara lain dan bermanfaat bagi kehidupan penghuni bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com