Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baluran, Pergulatan "Africa van Java" di Timur Jawa

Kompas.com - 05/05/2013, 11:55 WIB

Meski berpacu dengan waktu menghadapi dahsyatnya akasia, Baluran tetap menjadi magnet bagi pengunjung. Hal ini terlihat dari peningkatan angka kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Jumlah pengunjung tahun 2010 sebanyak 15.188 orang, kemudian melonjak menjadi 28.851 orang pada 2011 dan 32.674 orang pada 2012.

Nama Baluran bahkan telah mendunia. Turis asing pun silih berganti mendatangi tempat ini. Contohnyai Jack (39) dan Imagine (39), pasangan kekasih dari London, Inggris, yang singgah ke Baluran dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju Bali. ”Kami ingin lihat binatang liar dan savana. Ternyata sangat menyenangkan,” kata Jack.

”Serasa di alam liar. Itu baru saja lihat rusa saat safari malam,” ujar Berbudi Bintang Pratama (17), siswa kelas XI SMA Madania Bogor, Jawa Barat. Bintang bersama 48 siswa jurusan Biologi SMA Madania mengunjungi Baluran dalam rangka studi lapangan.

Seorang polisi hutan, Siswanto, mengatakan, tidak setiap saat satwa liar di Baluran dapat dengan mudah ditemui. Untuk itu, pihak taman nasional sengaja membuat kubangan sebagai tempat minum satwa sehingga mereka berkumpul.

Binatang buas, seperti macan tutul dan kucing bakau, sebenarnya masih ada meski sulit sekali ditemui. Jauh sebelum ditetapkan sebagai taman nasional pada 1982, kawasan ini terkenal dengan binatang buas yang berkeliaran di padang ilalang.

Penjelajah Inggris, John Joseph Stockdale, dalam buku Island of Java menuliskan, jalan dari Ketapang, Banyuwangi, menuju Panarukan tahun 1805 pada kedua sisinya diapit oleh ilalang yang rapat. Dalam perjalanannya, dia melewati gurun, padang rumput, dan sungai. Jejak harimau pun mudah ditemui.

Sebagai areal yang dilindungi, Baluran terbagi atas tujuh zona, yakni zona inti seluas 6.920 hektar, zona rimba (12.604 hektar), zona perlindungan bahari (1.174 hektar), zona pemanfaatan (1.856 hektar), zona tradisional (1.340 hektar), zona rehabilitasi (365 hektar), dan zona khusus (738 hektar). Kebanyakan satwa berada di zona inti dan rimba.

Baluran juga memiliki hutan pantai, mangrove, hutan rawa asin, hutan payau, hutan hujan tropis pegunungan, hutan musim, padang lamun, dan gugusan terumbu karang.

Sejumlah ekosistem itu membuat Baluran memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Taman nasional ini dihuni setidaknya oleh 461 spesies flora, 28 jenis mamalia, dan 225 jenis burung. Belum lagi beragam jenis ikan dan reptil.

Namun, kekayaan flora dan fauna ini terancam tenggelam jika bumi Afrika di Jawa ini kehilangan identitasnya, yakni ekosistem savana. Inilah pergulatan akibat kekeliruan masa silam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com