Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Konservasi dari Pulau Mursala

Kompas.com - 17/04/2013, 08:58 WIB

Penemuan pohon keruing yang sudah dinyatakan punah di Pulau Mursala menjadi contoh aset negara yang berharga.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengatakan, setiap kebun raya harus dilengkapi peneliti taksonomi. Untuk menyiasati minimnya ahli taksonomi, sekarang dipersiapkan pendidikan untuk parataksonom. Mereka ini dibekali pengetahuan untuk mendeskripsikan taksonomi meski belum dinyatakan sebagai taksonom.

”Dari 21 kebun raya daerah, sudah dipersiapkan minimal dua parataksonom,” kata Siti.

Sejarah

Dari sejarah kebun raya, aktivitas ilmiahnya bermanfaat bagi masyarakat. Pada 18 Mei 1817, dibentuk Kebun Raya Bogor. Dalam perkembangannya, kebun raya digunakan untuk introduksi dan penelitian pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis) dari Afrika Barat pada 1848.

Kini kelapa sawit menjadi komoditas penting walau pengembangan kelapa sawit kerap merugikan konservasi alam.

Peneliti utama bidang biologi LIPI Endang Sukara menuturkan, Kebun Raya Bogor pernah digunakan untuk penelitian ubi kayu (Manihot esculenta) dari Pulau Batam. Sekarang, ubi kayu menjadi sumber karbohidrat yang banyak dimanfaatkan.

Di masa Hindia Belanda juga dibuat Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Purwodadi di Pasuruan. Seusai kemerdekaan tahun 1959, Kebun Raya Eka Karya di Bedugul, Bali, diresmikan.

Melalui berbagai penelitian dan introduksi di kebun raya, lahir komoditas penting. Selain kelapa sawit, ada kopi, teh, kina, dan karet. Pada pengembangannya, kultivar tumbuhan lokal juga dikembangkan melalui kebun raya seperti kopi sidikalang, ubi cilembu, talas bogor, salak condet, dan rambutan binjai.

Temuan keruing di Pulau Mursala yang sudah dinyatakan punah oleh IUCN memberi pesan agar ada penyelamatan plasma nutfah Indonesia. Keberadaan kebun raya dengan kelengkapan peneliti dan sarananya sekarang masih terus diuji untuk menghasilkan manfaat bagi masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com