Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewi dan Tonton, Sejahtera bersama Sampah

Kompas.com - 11/04/2013, 15:26 WIB

Berbagi

Bumi seperti runtuh saat Dewi dan Tonton dipecat dari perusahaan konfeksi tahun 2003. Padahal, saat itu mereka butuh biaya besar untuk pengobatan tiga anaknya. Anak sulungnya sakit diabetes, anak kedua menderita autis, dan si bungsu digerogoti radang otak.

”Istri saya mengamen di lampu merah. Lamaran kerja yang saya ajukan tidak ada yang mau terima. Bahkan, untuk kontrak rumah saja saya tidak mampu. Kami sering tidur di jalan,” kata Tonton mengenang.

Titik balik terjadi saat orang tak dikenal membayar biaya perawatan rumah sakit untuk anak Dewi sebesar sekitar Rp 1 juta. Dermawan itu hanya mengatakan, saling membantu adalah kewajiban semua makhluk Tuhan.

”Saya lantas berpikir, kalau selama ini hanya meminta, suatu saat saya harus bisa memberi. Sampah ternyata jalan yang diberikan Tuhan agar saya bisa berbagi. Tak lama kemudian kami bekerja sebagai petugas kebersihan dan pengangkut sampah,” ujar Tonton.

Teladan

Sukses bersama My Darling tak membuat Dewi dan Tonton berpuas diri. Mereka yakin, semangat ibu-ibu di RW 011 masih bisa dikembangkan. Lewat perkenalan dengan beberapa orang dari berbagai disiplin ilmu, Dewi menggagas sekolah ibu pada 2011.

Sekolah ini menjadi rumah pelatihan bagi ibu-ibu RW 011 mengelola keuangan, penataan lingkungan, pola hidup sehat, dan pelatihan usaha.

”Gurunya pakar lingkungan, dokter, hingga analis keuangan. Mereka mau datang tanpa dibayar dan membagi ilmu dengan 12 murid sekolah ibu,” ujar Dewi.

Harapan mereka tak bertepuk sebelah tangan. Semangat ibu-ibu RW 011 membuat keberadaan sekolah ibu menjadi berarti. Tak sedikit ibu-ibu itu mulai membuka usaha pembuatan bakso sehat, penjualan baju, hingga tahu pentingnya hidup sehat dan higienis.

”Dari sebelumnya menganggur, mereka punya kegiatan positif yang menghasilkan uang untuk keluarga,” ujarnya.

Keringat dan air mata Dewi dan Tonton perlahan menjadi teladan. Kini, ada empat kawasan di Kota Bandung yang sudah menerapkan konsep bank sampah. Ada pula kelompok masyarakat di Kepulauan Riau, Bali, dan Kalimantan Tengah yang juga tertarik mengembangkan hal serupa.

Puluhan skripsi dan tesis mahasiswa berbagai perguruan tinggi juga lahir dari sampah. Mahasiswa menilai konsep My Darling dan sekolah ibu itu sebagai kemandirian yang menyelamatkan Bandung dari lautan sampah.

Tak jarang mahasiswa pun menginap di rumah kontrakan Dewi dan Tonton yang berjarak sekitar 200 meter dari TPS selama mereka menyelesaikan tugas. Jarak rumah yang dekat dengan TPS memudahkan penelitian mereka pada My Darling dan sekolah ibu.

”Kami belum tahu apakah tahun depan masih di sini atau tidak. Pemiliknya mengatakan, saya harus membayar Rp 40 juta atau pindah karena rumah mau dijual. Mungkin saya belum punya uang saat ini, tetapi kalau mau berusaha pasti ada jalan,” kata Dewi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com