15 Bintang Paling Muda Ditemukan

Kompas.com - 24/03/2013, 12:28 WIB
Fifi Dwi Pratiwi

Penulis

HEIDELBERG, KOMPAS.com – Teleskop Herschel milik European Space Agency (ESA) menemukan 15 buah protobintang atau bayi bintang yang berada di satu kawasan pembentukan bintang (star-forming) yang sama di dekat Tata Surya. Bisa dibilang, bintang-bintang itu adalah yang paling muda.

Pembentukan bintang bermula dari keruntuhan gravitasi awan massif yang terbentuk dari gas dan debu. Perubahan dari gas yang dingin menjadi bola plasma yang sangat panas yang disebut bintang terkadang relatif cepat menurut standar waktu kosmis. Pembentukan bintang baru terakhir hanya beberapa ratus tahun. Menemukan protobintang pada tahap paling awal, dimana masa hidupnya paling pendek dan tahapan paling redup, merupakan satu tantangan.

Awalnya, gas dan debu yang rapat menyelubungi calon bintang-bintang itu. Secara tiba-tiba, ke-15 proto bintang muncul saat penyelidikan pembentukan bintang terbesar di di rasi bintang Orion. Penemuan ini memberi kesempatan pada peneliti untuk ‘mengintip’ fase paling awal dan paling sedikit dimengerti pada proses pembentukan bintang.

Dari 15 bintang yang ditemukan Herschel, 11 diantaranya berwarna sangat merah. Artinya, cahaya yang dikeluarkan cenderung ke arah energi rendah di akhir spektrum elektromagnetik. Keluaran ini mengindikasikan bahwa bintang masih tertanam begitu dalam di kantung gas. Artinya, bintang-bintang itu masih sangat muda.

“Herschel telah mengungkap keberadaan bintang-bintang muda secara bersama-sama dan merupakan yang terbesar dalam satu wilayah pembentukan bintang,” ujar Amelia Stutz, peneliti postdoctoral  di Max Planck Institute  for Astronomy di Heidelberg, Jerman.

“Dengan hasil ini, kita memiliki kesempatan untuk menyaksikan momen ketika sebuah bintang akan mulai terbentuk,” tambahnya seperti dikutip Science Daily, Rabu (20/3/2013).

“Dengan temuan terbaru ini, kami menambahkan foto penting yang hilang ke dalam album keluarga tentang perkembangan bintang,” kata Glenn Wahlgren, peneliti program Herschel di Kantor Pusat NASA di Washington.

“Herschel memungkinkan kita untuk memelajari bintang sejak ia masih ‘bayi’,” lanjutnya.

Para astronom sebenarnya telah lama mengamati daerah pembentukan bintang (star nursery) yang ada di Orion. Akan tetapi, mereka belum berhasil mengidentifikasi protostar sebelum akhirnya Herschel berhasil menemukannya.

Salah satu faktor yang membuat Herschel berhasil menemukan protobintang tersebut adalah pengamatan yang dilakukan menggunakan cahaya inframerah-jauh. Herschel menggunakan gelombang panjang yang bisa bersinar menembus awan tebal di sekeliling calon bintang yang menahan energi lebih tinggi dari sinar dengan panjang gelombang lebih pendek.

Penemuan besar ini terjadi berkat kontribusi banyak pihak, diantaranya pengamatan yang dilakukan teleskop luar angkasa Spitzer milik NASA, teleskop Atacama Pathfinder Experiment (APEX) di Cile yang melibatkan Max Planck Institute for Radio Astronomy di Jerman, The Onsala Space Observatorium di Swedia dan European Southern Observatory. Temuan ini akan dipublikasikan di jurnal The Astrophysical Journal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau