Tulang Mamalia Raksasa Ditemukan di Antartika

Kompas.com - 20/03/2013, 09:02 WIB
Fifi Dwi Pratiwi

Penulis

SOUTHAMPTON, KOMPAS.com - Tim peneliti gabungan dari University of Southampton, Natural History Museum, British Antartic Survey, National Oceanography Centre, dan Oxford University, berhasil menemukan kerangka mamalia raksasa, paus Minke yang ukurannya mencapai 10,7 meter, di Antartika untuk pertama kalinya.

Dalam sejarah, hingga saat ini penemuan tulang belulang paus di alam bebas baru terjadi enam kali. Meski populasi paus di Antartika sangat banyak, namun penemuan kerangka paus di lokasi tersebut sebelumnya belum pernah terjadi.

Hal yang mengejutkan dari penemuan ini bukanlah kerangka paus itu sendiri namun fakta bahwa kerangka paus menjadi habitat bagi spesies lain. Ilmuwan menemukan setidaknya sembilan spesies yang memanfaatkan kerangka paus itu sebagai tempat tinggal.

"Hewan terbesar di muka Bumi bagian dari ekologi laut dalam ini berubah menjadi habitat yang kaya makanan dan tempat berlindung bagi makhluk hidup lain bertahun-tahun setelah kematiannya," kata Diva Amon, peneliti University of Southampton Ocean and Earth Science.

"Observasi sisa-sisa kehidupan di bangkai paus Minke selatan ini memberi pencerahan tentang bagaimana nutrisi berputar kembali di lautan," jelasnya seperti dikutip oleh Science Daily, Senin (18/3/2013).

Peneliti menduga, kerangka paus yang ditemukan telah berada di dasar laut selama puluhan tahun. Ketika melakukan survei pada kerangka paus tersebut menggunaka kamera high-definition, peneliti menemukan banyak spesies baru organisme laut dalam yang hidup di kerangka itu.

Salah satu organisme yang ditemukan adalah 'cacing pemakan tulang bangkai' atau Osedax. Ada pula  spesies baru golongan crustacea mirip dengan kutu kayu yang merayap di permukaan kerangka. Selain itu, ada pula jenis limpet yang mirip dengan limpet di celah vulkanik laut dalam.

"Salah satu misteri besar dalam biologi laut dalam adalah bagaimana hewan-hewan invertebrata kecil ini bisa tersebar di habitat yang terisolasi, seperti pada kerangka paus yang ada di dasar laut ini," ujar Adrian Glover dari Natural History Museum yang juga terlibat riset.

Bagaimana kerangkau paus itu bisa menjadi habitat? Sesaat setelah paus mati dan tenggelam, organisme pembersih segera menghabiskan daging paus. Perlahan, beragam organisme lain datang pula untuk memanfaatkan.

Masing-masing organisme punya peran sendiri. Ada bakteri pengurai lemak pada kerangka paus. Organisme itu membantu organisme lain mengunsumsi bangkai paus. Ada pula cacing zombie yang memakan tulang dengan senjata kimia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau