JAKARTA, KOMPAS.com – Tabrakan antar satelit Rusia dan sampah antariksa China terkonfirmasi. Pada 22 Januari 2013 lalu, satelit Rusia BLITS (Ball Lens in The Space) tabrakan dengan sisa satelit cuaca Cina, FENGYUN 1C, yang hancur 11 Januari 2007.
Diberitakan Space, Jumat (9/3/2013), dampak dari peristiwa itu, BLITS yang semula digunakan sebagai sasaran dalam kajian mengenai laser yang dilakukan oleh Internasional Laser Ranging Service, kini tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
BLITS semula bergerak stabil dengan kecepatan yang tinggi dan orbit tetap. Namun, sejak bertabrakan dengan sampah satelit FENGYUN 1C, satelit berdiameter 17 cm dan bobot 7,35 kg yang diluncurkan tahun 2009 ini berubah orbitnya dan berputar mengelilingi bumi tak tentu arah.
Sampah satelit FENGYUN 1C yang menabrak BLITS akhir januari lalu hanyalah salah satu dari ribuan buah sampah satelit yang hancur pada tahun 2007 lalu.
Dipublikasikan Space, Sabtu (9/3/2013), NASA menduga sampah satelit yang terbentuk akibat peristiwa tahun 2007 itu mencapai 500.000 objek lebih besar dari kelereng dan 22.000 objek lebih besar dari bola softball. Semuanya kini berada di orbit dekat Bumi.
NASA menyebutkan, satelit bisa mengalami kerusakan parah meski 'hanya’ bertabrakan dengan sampah yang berukuran sangat kecil. Ini karena, benda-benda itu mampu bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, mencapai 28.160 km per jam ketika mengorbit di daerah dekat bumi.
Ma’rufin Sudibyo, seorang astronom amatir mengatakan peristiwa tabrakan antara satelit dengan sampah benda luar angkasa dan begitu banyaknya sampah benda luar angkasa yang sampai saat ini belum berhasil dibersihkan, sebaiknya mulai menjadi perhatian.
Ia menjelaskan, bila kondisi tetap dibiarkan, peristiwa semacam ini akan terus berulang, dan bukan tidak mungkin suatu saat satelit milik Indonesia yang bisa menjadi ‘korban’.
“Ketinggian di bawah 1000 km adalah ketinggian yang paling rawan. Pada ketinggian itu, banyak sampah luar angkasa berupa pecahan satelit, roket, dan sejenisnya yang bergerak mengelilingi bumi dengan kecepatan sangat tinggi. Hal ini bisa membahayakan satelit yang ada dan akan diluncurkan, apalagi kalau satelit memang diatur untuk mengorbit di ketinggian itu," katanya.
“Peristiwa tabrakan sebenarnya bisa dihindari apabila potensi tabrakan telah diketahui sebelumnya dan satelit memiliki sistem penggerak aktif. Namun untuk satelit yang tidak memiliki sistem penggerak aktif, seperti satelit Rusia yang bertabrakan, tidak hal yang bisa dilakukan” tambahnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/3/2013).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.