SYDNEY, KOMPAS.com - Ilmuwan asal Australia menemukan kawah berdiameter 200 km di negaranya. Mereka menduga, kawah itu merupakan hasil tumbukan asteroid.
Andrew Glikson, peneliti dari Australia National University (ANU) yang terlibat penemuan mengatakan, diameter asteroid yang membentuk kawah itu sekitar 10-20 km.
Dengan ukuran itu, asteroid penyebab tumbukan itu jauh lebih besar dari asteroid yang penyebab ledakan meteor di Rusia, Jumat (15/2/2013) lalu. Dampak tumbukan asteroid ini bersifat global.
"Ini temuan baru. Dan yang mengagumkan adalah ukuran medannya. Kini mencapai 200 km, ini membuatnya menjadi ketiga terbesar di dunia," kata Glikson seperti dikutip AFP, Rabu (20/2/2013).
Glikson mulai mempelajari medan seluas 30.000 km persegi itu setelah ada peneliti lain yang menunjukkan kepadanya batu dengan anomali struktur.
"Beberapa bulan menghabiskan di lab melakukan beberapa tes di bawah mikroskop untuk melihat oroentasi kristal, diketahui bahwa batu ini mengalami tumbukan benda antariksa," kata Glikson.
"Kita berurusan dengan asteroid yang setidaknya berukuran 10 km. Ini menjadi bencana global, bukan cuma regional,' tambah Glikson.
Menurut Glikson, tumbukan asteroid itu juga menghamburkan debu ke angkasa, menutupi atmosfer dari sinar Matahari.
Tumbukan diperkirakan terjadi 360 juta tahun yang lalu. Diduga, banyak terjadi tumbukan pada masa tersebut, berkontribusi pada kepunahan massal.
Meski temuan menggambarkan kengerian tumbukan asteroid, Glikson mengungkapkan bahwa tumbukan sebenarnya jarang terjadi.
"Tumbukan langsung terjadi sekali dalam jutaan tahun. Saya berpikir kita tak usah khawatir soal itu, tak perlu sekhawatir dengan persoalan bencana nuklir dan perubahan iklim," paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.