Tak ada data pasti berapa banyak asteroid di sekitar Bumi yang berpotensi mengancam kehidupan di Bumi. Makin kecil ukurannya, jumlahnya makin besar dan makin banyak yang tidak diketahui.
Djamaluddin memperkirakan, jumlah batuan angkasa berukuran belasan meter mencapai jutaan buah. Kemungkinan batu ukuran ini melintas dekat Bumi dan masuk atmosfer Bumi, sangat tinggi.
Sementara itu, asteroid berukuran 40-50 meter seperti yang jatuh di Tunguska, Siberia, Rusia, pada 30 Juni 1908, jumlahnya mencapai ratusan ribu buah. Kemungkinan melintas dekat Bumi sekitar 40 tahun sekali dan kemungkinan menumbuk Bumi 1.200 tahun sekali.
Asteroid berukuran lebih dari 1 kilometer, sebanyak 90-95 persennya sudah diketahui keberadaannya. Adapun asteroid berdiameter puluhan meter hanya sekitar 2 persen yang sudah diketahui.
Bahan dasar meteor adalah batuan di sekitar Bumi yang berasal dari asteroid, komet, ataupun pecahan keduanya. Benda-benda langit itu merupakan materi sisa-sisa pembentukan tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu. Bersama Bumi, batuan tersebut bergerak mengelilingi Matahari.
Walau jumlah batuan, asteroid, komet atau pecahannya melimpah, tak selalu terjerat gaya gravitasi Bumi hingga masuk ke atmosfer Bumi. Salah satu pencegah sehingga benda tersebut tidak jatuh ke Bumi adalah kecepatan geraknya.
Budi menambahkan, ukuran batuan atau massa yang dimiliki benda itu juga sangat menentukan. Makin kecil ukuran dan makin lambat geraknya, berarti makin mudah batuan tersebut terjebak gravitasi Bumi.
Namun karena ukuran yang lebih kecil, batuan itu juga mudah terpengaruh gaya gravitasi benda-benda langit yang lebih besar. Planet, satelit, ataupun asteroid lain bisa menjadi penahan agar batuan tersebut tak terjebak gravitasi Bumi atau justru menjadi pendorongnya untuk masuk lingkungan Bumi.
Masuknya batuan antariksa ke atmosfer Bumi juga tidak selalu menimbulkan dampak bagi manusia.