Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Pasir di Merapi Diperketat

Kompas.com - 15/02/2013, 02:35 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Pemerintah Kabupaten Sleman akan memperketat pengawasan kegiatan petambang pasir dan batu di lereng Gunung Merapi. Pengetatan pengawasan dilakukan menyusul aktivitas tambang yang tak terkendali sehingga menyebabkan tewasnya petambang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Urip Bahagia mengatakan, tewasnya seorang petambang pasir serta tertimbunnya enam truk dan satu alat berat di Kali Gendol, Selasa (12/2), akibat para petambang tak menghiraukan peringatan dini yang diberikan petugas saat turunnya lahar setelah hujan deras di puncak Gunung Merapi.

”Truk beserta kru dan juga alat berat yang terseret lahar akhirnya tertimbun. Mereka menambang di atas aliran sungai. Jadi, saat lahar datang, mereka sulit menyelamatkan diri karena jalur keluar sungai penuh truk yang datang mengantre atau meninggalkan sungai,” ungkap Urip, Kamis.

Agar peristiwa serupa tak terulang, BPBD Sleman juga akan berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sleman untuk membuat standar aturan pelaksanaan jika terjadi bencana pada kegiatan tambang, terutama terhadap mereka yang memakai alat berat. ”Prinsipnya, aturan tersebut harus dapat menghentikan kegiatan tambang jika ada informasi mengenai datangnya banjir lahar,” ujarnya.

Sebenarnya, berdasarkan ketentuan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, batas waktu penambangan di sepanjang sungai di lereng Merapi hanya diizinkan pukul 06.00 hingga pukul 18.00. Namun, kenyataannya, banyak sopir truk dan petambang tetap beroperasi hingga malam hari.

”Lemahnya pengawasan dari aparat membuat petambang nekat mengambil pasir dan batu hingga tengah malam,” ungkap Urip.

Tiga korban tewas

Sementara itu, tiga korban banjir akibat meluapnya Sungai Gajah, Desa Sambiski, Kecamatan Nagajuang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, ditemukan dalam keadaan meninggal. Tiga korban adalah Hanum Siregar (40), Yusuf (11), dan Gio (5).

Komandan Regu Tim SAR Sibolga Immanuel Surbakti mengatakan, Hanum Siregar ditemukan pada Rabu (13/2) sekitar pukul 20.00. Hanum terseret arus hingga 2 kilometer dari lokasi kejadian. Sementara Yusuf dan Gio ditemukan Kamis siang oleh warga. Mereka terseret banjir bersama pondokan yang berada di tepi sungai saat mereka berteduh.

Sementara itu, pencarian korban dari tambang emas tradisional di Kecamatan Hutabargot yang runtuh, pekan lalu, dihentikan. Penghentian dilakukan dengan pertimbangan lokasi sulit untuk dijangkau karena berada di kedalaman hingga 100 meter. Alasan lain, kondisi tanah di sekitar lokasi tambang labil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com