Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Coriolis Hadang Bibit Badai

Kompas.com - 01/02/2013, 10:35 WIB

Heru menuturkan, pada Rabu (30/1/2013) pagi dirinya sempat dipanggil Kepala BPPT untuk dimintai kepastian kemampuan dalam menerapkan teknologi modifikasi cuaca. Hal ini karena Jakarta pagi itu diliputi mendung tebal dan sejumlah media daring (online) memberitakan informasi yang menyangsikan teknologi modifikasi cuaca tersebut.

”Mendung tebal waktu itu diyakini bisa menimbulkan banjir di Jakarta. Pukul 10.00, pesawat kami menyemaikan garam dapur untuk menjatuhkan hujan di Selat Sunda,” kata Heru.

Alhasil, Rabu siang, di Jakarta menjadi sangat terik, berbeda drastis dengan beberapa jam sebelumnya yang gelap karena mendung tebal. ”Teknologi modifikasi cuaca mampu mengalihkan hujan yang akan jatuh di Jakarta,” kata Heru.

Memberi pemahaman

Adanya peta streamline—terutama ditunjukkannya pumpunan awan yang terbentuk dari lokasi pusat tekanan rendah barat daya Lampung—itu memberi pemahaman proses jumping penerapan teknologi modifikasi cuaca. Arah awan dapat diperkirakan sehingga menghindarkan hujan di Jakarta dan dapat ditentukan wilayah-wilayah yang harus dihujankan lebih dulu.

Edvin Aldrian mengatakan, hal serupa terjadi di wilayah timur Australia. Pada saat bersamaan, pusat tekanan rendah di sana mendatangkan hujan lebat di wilayah Negara Bagian Queensland dan New South Wales.

Menariknya, kejadian hampir bersamaan dengan beberapa pusat tekanan rendah, baik di utara maupun selatan Sumatera serta di timur Australia. Ini membuyarkan konsentrasi energi yang bisa menjadi siklon tropis.

Area pusat tekanan rendah biasanya memiliki kecepatan angin hingga 62 kilometer per jam. Ketika mencapai 119 kilometer per jam, maka berubah menjadi siklon tropis.

Kondisi yang memungkinkan terjadinya badai tropis itu, antara lain, suhu muka air laut minimal 26,5 derajat celsius. Muka laut kira-kira memiliki kedalaman sampai 50 meter.

Periode terakhir, 1-4 Februari 2013, BMKG memperkirakan streamline sudah berubah dibandingkan sehari sebelumnya. Pada periode itu, pusat tekanan rendah di barat daya Lampung memudar. Namun, pumpunan awan serupa masih memanjang dari pesisir barat Sumatera bagian selatan menuju Laut Banda hingga Laut Aru.

Aktivitas pertumbuhan awan terus berlangsung di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa bagian barat, Kalimantan, Sulawesi bagian selatan, Maluku Utara, Maluku, serta Papua.

Tersebarnya pusat-pusat tekanan rendah hingga tak mampu meningkat menjadi siklon tropis, seperti akhir-akhir ini, menjadi berkah tersendiri bagi Indonesia. Di sisi lain, daya dukung lingkungan harus dijaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com