Sulap Lempung Jadi Sel Surya dan Keramik Antibakteri

Kompas.com - 11/01/2013, 19:25 WIB

KOMPAS.com - Mendapat pengakuan dari dunia internasional sejak tahun 2011 sebagai peneliti lempung Indonesia, Is Fatimah mengaku ingin terus berinovasi dengan lempung. Lewat penelitian terbarunya yakni lempung sebagai bahan baku sel surya serta keramik antibakteri, Is Fatimah berhasil membuktikkan bahwa lempung menjadi bahan yang multiguna.

Ketika ditemui di Universitas Islam Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (9/1/2013), Is Fatimah banyak bercerita tentang manfaat lempung sebagai aplikasi bahan katalis industri. Selama ini lempung tidak banyak dimanfaatkan, padahal potensi di Indonesia sangat melimpah.

Kegunaan lempung di antaranya untuk penjernihan minyak, pengemban katalis, pengembang TI02 (semi konduktor), hingga mengolah limbah logam berat. "Di Indonesia potensinya melimpah atau bisa mencapai 150 juta ton, namun pemanfaatannya masih minim. Padahal di negara barat, sudah banyak digunakan sebagai bahan baku industri bahkan mereka  masih menggunakan yang sintesis," kata Is Fatimah.

Lempung memiliki banyak sifat menguntungkan dalam teknologi material. Sifatnya yang berlapis-lapis membuat ukuran lapisan bisa berubah. Tak hanya itu, selain murah, bahan dari lempung ini ternyata ramah lingkungan.

Soal penelitian tentang lempung dan ekstrak kulit manggis sebagai bahan baku sel surya, saat ini tengah dalam uji laboratorium. Pasalnya efisiensi cahaya yang dihasilkan masih minim.

Dalam kaitannya dengan sel surya, lempung dimanfaatkan untuk menyangga semi konduktor yang dilapiskan pada titanium dioksida. Jenis lempung pun juga khusus yakni lempung montmorillorit.

"Selama ini belum pernah ada yang menggunakan lempung untuk bahan baku sel surya. Lempung ini untuk meminimalkan penggunaan kimia sintesis. Selain murah juga ramah lingkungan," tambahnya.

Sedangkan kulit manggis digunakan karena zat warnanya bisa diekstrak dan dimanfaatkan dalam  eknologi Dye Sensitized Solar Cell. Sementara itu, kaitannya dengan peneltian keramik antibakteri, ia mengaku tengah dalam proses uji coba. Telah ada permintaan oleh Kemenristek untuk mengembangkan keramik ini di Indonesia. (Olivia Lewi Pramesti/National Geographic Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau