Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Burung Enggang Masih Dibantai

Kompas.com - 19/12/2012, 19:52 WIB

PONTIANAK, KOMPAS.com - Pembantaian burung enggang untuk diperdagangkan paruhnya masih terjadi. Dari ratusan temuan, kasus terakhir 14 enggang.

Pembantaian satwa dilindungi ikon Kalimantan Barat itu terakhir kali diketahui tim Ekspedisi Uud Danum pada November dan Desember 2012 di Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang. Ekspedisi pemetaan artefak budaya Dayak Uud Danum dan keanekaragaman hayati itu diadakan Paguyuban Uud Danum, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar, serta WWF Indonesia program Kalbar.

Temuan pembantaian dipaparkan peneliti fauna Ekspedisi Uud Danum dan anggota Kalimantan Birding Club, Firdaus, Selasa (18/12/2012), di Pontianak, seusai ekspedisi. ”Perburuan enggang demi paruhnya sejak tiga tahun lalu, tapi baru marak 2012 setelah beberapa kali penyelundupan digagalkan,” kata dia.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalbar menggagalkan penyelundupan 270 paruh enggang, Agustus dan September lalu. Paruh diselundupkan ke China melalui Bandar Udara Supadio.

Perburuan dan pembantaian enggang di Ambalau, Sintang, terjadi di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Perdagangan paruh setidaknya melibatkan 4 rantai: pemburu, pengumpul pertama, pengumpul kedua, dan penjual ke luar negeri. Dari Sintang, paruh dijual ke Sarawak, Malaysia, lalu dijual lagi ke Singapura.

Di tangan pemburu, tiga tahun lalu harga paruh enggang Rp 800.000 per buah. Kini Rp 4 juta per buah. Harganya terus naik dan kini Rp 4 juta per ons di tangan penjual ke luar negeri. Satu paruh beratnya 4-8 ons.

Menurut Firdaus, paruh dan batok kepala enggang biasa dijadikan bahan baku ukiran atau obat. Sintang adalah tempat hidup mayoritas spesies enggang Indonesia. Di Sintang, lanjut dia, hidup 7 dari 10 spesies enggang yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Manajer Program WWF Indonesia Program Kalbar Hermayani Putera mengatakan, temuan pembantaian enggang itu penegasan kasus yang ditangani BKSDA Kalbar. ”Tanpa penanganan aktif, enggang akan punah beberapa tahun lagi,” ujarnya.

Ketua Paguyuban Uud Danum Rafael Samsudin menjelaskan, pihaknya akan mendorong penegakan hukum adat supaya para pelaku jera. (AHA)

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Kita
Bersepeda Pangkas Risiko Kanker dan Penyakit Jantung hingga 50 Persen
Bersepeda Pangkas Risiko Kanker dan Penyakit Jantung hingga 50 Persen
Kita
Susu Kecoa, Superfood Masa Depan yang Mengalahkan Susu Sapi?
Susu Kecoa, Superfood Masa Depan yang Mengalahkan Susu Sapi?
Fenomena
Aroma Surga dari Tanah Tandus: Mengapa Kemenyan dan Mawar Lebih Wangi di Lingkungan Ekstrem?
Aroma Surga dari Tanah Tandus: Mengapa Kemenyan dan Mawar Lebih Wangi di Lingkungan Ekstrem?
Fenomena
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Oh Begitu
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Fenomena
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Kita
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Oh Begitu
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Oh Begitu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Oh Begitu
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Oh Begitu
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Fenomena
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Fenomena
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Oh Begitu
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau