Kiamat 2012 dan Ketakutan terhadap Kematian

Kompas.com - 15/12/2012, 09:12 WIB

Sebelum ada agama, sesuatu yang transendental dicari pada benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan, seperti pohon atau batu. Saat itu, kiamat belum dikenal. Sumber kesedihan adalah kematian dan bencana.

Setelah agama hadir, agama jadi pegangan. ”Dari agama, manusia memahami kematian dan mengenal istilah kiamat,” kata Taufiq yang menjadi pendiri Center for Neuroscience Health and Spirituality Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Rasa takut itu bisa dinetralkan. Selain memiliki sistem limbik, manusia mempunyai sistem korteks di bagian depan otak manusia. Sistem korteks terkait dengan nalar dan logika.

Meskipun mendapat penjelasan tentang kematian dari agama, sistem korteks membantu merasionalkan rasa takut. Sistem korteks harus menjadi bagian utama saat menganalisis ketakutan. Jika yang memimpin sistem limbik, rasa takut akan memancing emosi yang mengharu biru.

Proses pendidikan Indonesia yang lebih menonjolkan aspek kognitif dan tidak mengembangkan nalar membuat proses berpikir rasional tidak terbangun.

”Lembaga pendidikan, keagamaan, pengembangan sains, dan pemerintah memiliki tanggung jawab yang sama dalam membangun masyarakat cerdas dan kritis hingga mampu menyaring semua informasi yang ada,” kata Guru Besar Psikologi Sosial UGM Faturochman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


    Video Pilihan Video Lainnya >

    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau