Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Jawaban dengan Alfalfa

Kompas.com - 28/11/2012, 17:22 WIB

Sejauh ini, Nugroho hanya menjual MA-11 langsung kepada petani dengan harga Rp 50.000 per botol berukuran satu liter. Dia tidak mau MA-11 dijual di pasaran untuk menghindari permainan pasar atau rantai distribusi yang panjang yang pada akhirnya merugikan petani karena harga bisa menjadi lebih mahal.

Untuk petani Indonesia

Nugroho mengaku pernah mendapat tawaran dari Raja Perlis Malaysia pada 2007 untuk mengembangkan tanaman alfaafa di Malaysia, dengan syarat, pengembangan tidak boleh dilakukan di tempat lain, termasuk Indonesia. Namun, dengan tegas Nugroho menolak walau ia tahu belum tentu risetnya lebih mudah diterima di negerinya sendiri.

Amerika Serikat, salah satu negara yang membudidayakan alfaafa, menurut Nugroho, bahkan tidak membiarkan tanaman alfaafa dibudidayakan di negara lain. Karena itu, mereka membuat bibit yang dimandulkan untuk negara lain.

Meski demikian, Nugroho tetap teguh dan percaya bahwa suatu saat para petani Indonesia dapat mencapai kemandiriannya. Dia terus bergerak, berpromosi, dan memperkenalkan alfaafa sehingga semakin lama semakin banyak pihak yang mengetahui dan ingin belajar bagaimana membuat pakan, pupuk, hingga bahan bakar secara mandiri.

Perwakilan dari negara-negara seperti Afrika Selatan, Taiwan, Malaysia, Filipina, India, Uganda, Kenya, dan Etiopia datang untuk mempelajari alfaafa. Nugroho menyanggupi pendampingan kepada mereka dengan catatan tidak untuk monopoli.

Di dalam negeri, petani-petani dan pemerintah daerah, di antaranya dari Lampung, Aceh, Bukittinggi, Papua, Kalimantan Timur, Banjarmasin, Pontianak, Makassar, dan Manado, juga berdatangan untuk belajar bagaimana membuat pakan dan pupuk secara mandiri dengan alfaafa. MA-11 kini diproduksi hingga 10.000 liter per bulan untuk dijual kepada petani-petani di Jawa Tengah dan daerah-daerah lain yang memesan.

Nugroho juga membagikan benih alfaafa secara gratis kepada petani yang menginginkannya. Dalam kemasan tertulis bahwa benih itu tidak untuk dijual, tetapi untuk dibagikan kepada para petani. Syaratnya, petani harus memperkenalkan tanaman itu kepada petani yang lain.

Benih tersebut dapat ditanam di mana saja tanpa perlakuan khusus dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan teh (pucuk daunnya), juga untuk pakan ternak dan pupuk yang kaya kandungan gizi.

”Ya, syaratnya hanya satu, petani harus memperkenalkan tanaman dan bakteri ini kepada petani yang lain. Yang saya inginkan hanya satu, semua petani sejahtera,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com