Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budi Setiawan Membangun Benteng Ekologi Pesisir

Kompas.com - 19/11/2012, 11:24 WIB
Irene Sarwindaningrum

Penulis

Sebagai kawasan konservasi, lokasi itu juga menarik perhatian organisasi internasional. Budi rajin berpromosi tentang keunikan alam Belitung kepada jejaringnya dalam bentuk tulisan, foto, dan film. Saat lingkungan di lokasi itu terancam, tak hanya warga Belitung yang menjerit, mata internasional pun turut mengawasi.

”Kutukan”

Kisah Pulau Belitung adalah cerita daerah kaya yang ”terkutuk” oleh kekayaannya sendiri. Pulau berpanorama indah dengan darat dan laut yang kaya timah justru terjebak pada eksploitasi tambang yang harus dibayar dengan kerusakan lingkungan.

Sejak masih kecil, Budi yang lahir dan besar di kampung kecil di pesisir Belitung melihat bagaimana tambang timah melukai daratan Pulau Belitung. Kolong atau lubang bekas tambang timah di Belitung jelas terlihat, bahkan dari pesawat terbang.

Budi, yang sejak mahasiswa aktif dalam organisasi mahasiswa pencinta alam, tak ingin kerusakan lingkungan meluas hingga ke laut Belitung.

Ide mendirikan KPLB dia rintis sejak masih kuliah di Jurusan Sastra Jerman, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Tujuan utamanya melestarikan alam Belitung karena meningkatnya ancaman dari pertambangan timah laut.

Lewat KPLB, Budi menggerakkan anak muda dan warga setempat peduli pelestarian lingkungan Belitung. Sebelum menghidupkan wisata ekologi, KPLB juga menggerakkan program ”Mukut-mukut”, yakni memanfaatkan sampah yang masih bisa digunakan. ”Mereka miskin di tengah kekayaan alam. Mereka kerap merusak lingkungannya sendiri. Ini terjadi karena mereka tak punya pilihan demi kelangsungan hidup,” katanya.

Bagi Budi, konsep pelestarian lingkungan harus melibatkan partisipasi aktif warga dan memberi keuntungan ekonomi. Tanpa hal itu, kegiatan konservasi akan menimbulkan konflik dengan kebutuhan hidup warga. Oleh karena itu, dalam setiap program KPLB, warga sekitarnya dilibatkan.

Pulau Kepayang, yang dekat tujuan wisata Pulau Lengkuas, dikunjungi 25.000 orang per tahun. Para nelayan diuntungkan karena bisa menyewakan perahu untuk mengantar turis. Tarifnya Rp 500.000 sehari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com