CALIFORNIA, KOMPAS.com — Ilmuwan menemukan spesies baru kaki seribu (Milipede). Hanya punya panjang tubuh 1-3 cm, kaki hewan ini mencapai 750 buah! Spesies yang dinamai lllacme plenipes, yang berarti "dianugerahi kaki yang melimpah", itu lalu dinobatkan sebagai hewan dengan kaki terbanyak.
"Hewan ini seperti benang. Sekilas, dia punya tampilan luar yang tak menarik. Namun, setelah kami melihatnya dengan SEM (mikroskop elektron) dan mikroskop cahaya, kami menemukan bahwa dia punya anatomi kompleks," kata Paul Marek, peneliti post-doktoral di University of Arizona yang memimpin studi ini.
Bukan cuma jumlah kaki yang membuat hewan ini luar biasa. Peneliti menemukan bahwa hewan ini punya mulut tidak sempurna yang fungsinya juga belum diketahui. Selain itu, lllacme plenipes juga punya organ di belakang tubuh yang mampu menghasilkan struktur benang serupa sutra.
Penemuan spesies ini dimulai dari temuan kembali spesies kaki seribu pada tahun 2006, jenis yang sebelumnya pernah ditemukan tahun 1928. Ilmuwan kemudian mulai mengoleksi spesimen lllacme plenipes dari wilayah hutan oak di Oakland dan Berkeley.
Sejumlah 17 spesimen didapatkan. Koleksi spesimen dihentikan pada tahun 2007. Berdasarkan survei, ilmuwan menduga bahwa spesies ini langka. Setelah spesimen didapatkan, ilmuwan mulai melakukan analisis morfologi dan genetik.
Dari studi genetik yang dilakukan, ilmuwan berhasil mengidentifikasi gen bernama cytochrome c oxidase I. Gen ini bisa berfungsi sebagai marka genetik sehingga akan membantu ilmuwan membedakan jenis lllacme plenipes dan lainnya.
Ilmuwan menduga bahwa kaki seribu memiliki kerabat yang hidup di Afrika Selatan. Kaki seribu itu diduga hidup sejak 200 juta tahun lalu saat daratan Afrika Selatan dan California masih tergabung dalam satu benua yang disebut Pangaea.
Sebagai spesies baru, lllacme plenipes menghadapi banyak ancaman. Pembangunan merusak habitat dari spesies ini. Sementara perubahan iklim menguapkan kabut yang menjaga habitat jenis ini tetap lembab. lllacme plenipes terancam punah bila tak dijaga.
"Kita belum mengetahui banyak tentang biologi organisme ini. Jadi, kepunahannya sebelum kita sempat memahami perannya di lingkungan, atau bahkan apa yang mereka bisa sumbangkan bagi kemanusiaan adalah memalukan," kata Marek seperti dikutip Livescience, Rabu (14/11/2012).
Marek menduga, spesies ini juga hidup di wilayah tropis. Penelitian kini sedang dilakukan. Penemuan spesies ini dipublikasikan di jurnal Zookeys Rabu lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.