Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanasan Global atau Bom Meteorologi?

Kompas.com - 04/11/2012, 02:39 WIB

Kerry Emanuel, profesor ilmu atmosfer dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), menambahkan, keganasan Sandy lebih disebabkan oleh karakter badai itu sebagai badai hibrida. ”Ini adalah badai hibrida, yang menggabungkan beberapa sifat badai tropis dengan berbagai sifat badai musim dingin, yang bekerja dengan mekanisme yang berbeda (dibanding badai biasa),” papar Emanuel.

Sandy pertama kali terbentuk di Samudra Atlantik di kawasan Karibia, yang dipicu temperatur permukaan laut yang lebih panas dari biasanya. Saat bergerak ke utara, badai itu bertemu dengan angin musim dingin dari Arktik yang bertiup ke selatan.

Pertemuan dua sistem cuaca ini membentuk badai super dengan kekuatan luar biasa, yang dijuluki ”Frankenstorm” karena terjadi tepat sebelum malam Halloween—malam khusus para dedemit dan monster dalam tradisi kultural di AS.

Lalu ada faktor kebetulan yang ketiga, yakni semacam ”dinding” udara tekanan tinggi yang terbentuk di sebelah timur Kanada dengan pusatnya di kawasan Greenland. ”Dinding” udara inilah yang membuat Sandy tiba-tiba berbelok tajam ke arah barat dan menghantam New Jersey secara telak.

Badai dan topan memang biasa terbentuk di kawasan Samudra Atlantik bagian barat dan sering mendekati Pantai Timur AS. Namun, biasanya badai-badai itu terus bergerak ke utara lalu berbelok ke arah timur mengikuti pola Arus Teluk (Gulf Stream) menuju lautan lepas.

Kekuatan eksplosif

Gabungan semua faktor langka yang tiba-tiba terjadi bersamaan itu disebut oleh Kevin Trenberth, ilmuwan dari Pusat Riset Atmosfer Nasional AS, sebagai ”bom meteorologi”. Badai hibrida yang memiliki kekuatan eksplosif.

Walau demikian, semua ilmuwan itu sepakat memang terjadi perubahan-perubahan mendasar yang memengaruhi pola cuaca dewasa ini. Temperatur Samudra Atlantik, misalnya, naik sekitar 0,8 derajat celsius dibanding temperatur rata-rata seabad silam

Suhu air yang menghangat itu, menurut Katharine Hayhoe—ilmuwan iklim dari Texas Tech University, memicu pembentukan badai topan. Kenaikan suhu udara juga membuat udara lebih lembab dan memicu hujan lebih deras dari biasanya.

Menurut Michael Mann, ilmuwan dari Penn State University, permukaan laut di sekitar New York juga naik hampir 30 sentimeter (cm) dibanding 100 tahun lalu. Kenaikan permukaan laut di kawasan New York ini lebih tinggi dari tempat lain di dunia karena kontur geografi pantai dan arus laut yang unik.

Semua faktor dasar itu membuat ibu kota finansial dan kultural AS tersebut sangat rentan terhadap banjir besar saat gelombang pasang yang dipicu badai datang.

Apa pun pemicunya, badai monster semacam Sandy membuat warga dan pemerintah setempat harus menghadapi masalah besar di masa depan.

Gubernur Negara Bagian New York Andrew Cuomo bahkan menyebut gejala cuaca ekstrem ini akan menjadi realitas keseharian yang baru. ”Siapa pun yang bilang tidak terjadi perubahan pola cuaca yang dramatis saya kira dia sedang mengingkari kenyataan,” kata Cuomo. (AP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com