BORDEAUX, KOMPAS.com — Sekitar 14.700 tahun lalu di Goa Gough, Somerset, Inggris, kanibalisme menjadi praktik yang biasa. Daging manusia ada dalam menu makanan.
Demikian temuan terbaru Silvia M Bello dari Natural History Museum yang dipaparkan dalam pertemuan European Society for the Study on Human Evolution di Bordeaux, Inggris, Sabtu (22/9/2012).
Studi kanibalisme biasanya fokus pada tanda-tanda kerusakan tulang akibat alat batu. Contohnya, bekas potongan pada daging ataupun bekas upaya memperoleh sumsum tulang. Cara ini berguna untuk mengetahui apakah benar manusia yang dibunuh dimakan oleh manusia, bukan hewan.
Namun, cara tersebut punya kelemahan. Analisis tersebut tidak mampu memastikan apakah manusia dibunuh untuk tujuan ritual atau dijadikan makanan. Dalam risetnya, Bello menggunakan metode lain, yakni dengan menganalisis bekas gigi pada korban kanibal.
Analisis yang dipakai Bello dikembangkan berdasarkan metode analisis bekas gigi pada tulang yang diperkenalkan oleh Palmira Saladie dari Catalan Institute of Human Paleoecology and Social Evolution di Tarragona, Spanyol.
Hasil penelitian Bello mencengangkan. Di Goa Gough, setidaknya terdapat fosil korban kanibal, termasuk anak beruia 3 tahun. Bekas gigi manusia ditemukan pada korban kanibal, terutama di bagian tubuh di bawah leher.
Para kanibal sepertinya mengiris daging korbannya, kemudian memakan langsung sisa-sisa daging yang melekat di tulang. Bahkan, daging pada jari kaki dan tangan pun dihabiskan. Kemungkinan, sumsum tulang juga dikonsumsi.
Yang mengejutkan, tulang tengkorak ternyata dibiarkan utuh. Bagian lain seperti mata, lidah, pipi, dan lainnya diiris dengan pisau batu. Bello mengatakan, bagian tengkorak dikoleksi dengan hati-hati untuk dijadikan cangkir minum.
Berdasarkan hasil riset, Bello berasumsi bahwa kanibal dilakukan untuk tujuan praktikal dan ritual sekaligus. Alasan kanibalisme hanya untuk bertahan hidup kurang kuat sebab banyak hewan yang ada di sekitar Goa Gough. Kalau kanibalisme dilakukan hanya untuk mendapat makanan, maka tengkorak tentu saja langsung dihancurkan.
Menurut Bello, seperti diberitakan Huffington Post, Senin (24/9/2012), praktik kanibalisme umum di Inggris di masa lalu. Para palaentolog bisa menganalisis kembali situs-situs tertentu dengan metode yang diterapkan Bello untuk menggali lebih banyak praktik kanibalisme.