Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adakah Masa Depan Bumi...

Kompas.com - 20/09/2012, 02:28 WIB

Ilmuwan dari NSIDC, Walt Meier, mengatakan, ”Itu hanyalah angka yang suatu waktu akan berhenti naik-turun sehingga kita bisa menetapkan rekor (minimum). Namun, dalam konteks apa yang terjadi beberapa tahun terakhir, dari rekaman satelit, angka ini menjadi indikasi bahwa tutupan es Laut Arktik sudah berubah secara mendasar.”

Luas tutupan es di Laut Arktik berubah dari waktu ke waktu sesuai siklus musim panas-musim dingin. Es mencair pada musim panas dan membeku kembali pada musim dingin. Pembekuan mencapai puncaknya pada bulan Maret. Normalnya pencairan es di Arktik berhenti bulan Agustus. Saat itu, di ujung utara mulai berlangsung musim gugur.

Musim panas di Arktik akan berakhir dua-tiga minggu lagi. Kepala Institut Meteorologi Denmark (DMI) Nicolai Kim menyebutkan, es Arktik sekarang lebih rentan, lebih mudah mencair, karena kini jumlah lapisan es yang keras dan bisa tahan lebih dari setahun semakin sedikit.

”Tutupan es pada Maret 2012 amat luas, tetapi yang bisa bertahan lama amat sedikit jumlahnya. Jadi, es ini sekarang amat cepat mencair,” kata Kim.

Kecepatan penurunan luas lapisan es di Arktik terjadi lebih cepat dari proyeksi yang dibuat para ahli lima tahun lalu. ”Ini akibat perubahan iklim,” ujar Kim.

Aktivitas meningkat

Semakin kecilnya luasan es di Arktik akan menimbulkan umpan balik positif yang lebih besar. Pemanasan global sudah diyakini terjadi akibat aktivitas manusia yang melepaskan emisi gas rumah kaca.

Perairan Arktik yang semakin terbuka telah membuka jalur pelayaran baru yang menghubungkan Laut Atlantik dan Laut Pasifik. Pekan ini, kapal China telah melalui jalur tersebut untuk pertama kalinya.

”China mempunyai berbagai kepentingan, yaitu bisnis, ilmu pengetahuan, dan geopolitik,” ungkap Direktur Norwegian Polar Institute Jan Gunnar Winther.

Aktivitas di kawasan yang kaya akan sumber daya minyak dan gas ini akan meningkat seiring terbukanya laut es Arktik. Aktivitas manusia dengan emisi gas rumah kaca tinggi, misalnya transportasi dan pengeboran minyak, itu akan menjadi umpan balik positif bagi pemanasan global.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com