Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Perubahan Iklim

Kompas.com - 19/09/2012, 02:22 WIB

Meningkatnya anomali cuaca akibat perubahan iklim berpangkal dari emisi gas karbon, terutama di sektor transportasi dan industri. Keberadaan karbon ini menjadi obyek penelitian. Selama ini, pengukuran karbon dilakukan di darat. Kini, penelitian mengarah ke laut.

Dalam pelayaran dari Bojanegara, Banten, ke Pulau Morotai, Maluku Utara, hingga Sorong, Papua, Kapal Baruna Jaya III milik BPPT melakukan pengukuran kondisi kelautan dan kandungan karbon di air laut. Dalam pelayaran selama 24 hari, dilakukan pengukuran di 20 titik, kata Iwan Eka, peneliti dari Balai Teknologi Survei Laut BPPT, pemimpin tim survei.

Hasil pengukuran pada pelayaran menunjukkan, kandungan karbon di air laut rata-rata 400 part per million (ppm). Kandungan karbon di laut lebih tinggi dari nilai standarnya, 388 ppm. Artinya, ada daya serap karbon di laut meski kecil.

Berdasarkan penelitian di Teluk Banten, jumlah karbon terlarut 500 ppm saat kemarau jadi 355 ppm di musim hujan.

Pelayaran dilaksanakan terkait Sailing Pass pada acara puncak Sail Morotai 2012, akhir pekan lalu. Setelah itu, Kapal Baruna Jaya III, melalui proyek Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (Satreps), melanjutkan pelayaran ke Sorong untuk menempatkan pelampung Ina-Triton di perairan utara Papua, Rabu (19/9), di timur laut kepala burung. Tahun depan diagendakan penambatan pelampung di perairan di sebelah timur Morotai pada jarak 150 kilometer.

Rancang bangun pelambung dilakukan peneliti BPPT dan Japan Agency for Marine Earth Science and Technology (Jamstec) di Puspiptek Serpong, Banten.

Proyek penelitian Satreps yang melibatkan kedua pihak bertujuan mendukung proses adaptasi dan mitigasi menghadapi perubahan iklim. Diperlukan pengembangan jaringan pelampung observasi kelautan dan jaringan radar untuk memantau kondisi atmosfer.

Jejaring ini dapat meningkatkan kemampuan memprediksi curah hujan di Indonesia, yang dipengaruhi perubahan iklim yang terbentuk, kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Ridwan Djamaluddin.

Dalam kerja sama ini akan dikembangkan mitigasi efek variasi iklim yang menyebabkan banjir dan kekeringan di Indonesia. Selain itu, perlu dilakukan adaptasi di bidang transportasi dan pertanian untuk menghadapi dampak tersebut. Hal ini juga dapat berkontribusi bagi peningkatan akurasi prediksi iklim global dengan menyediakan data observasi dan hasil penelitian ilmiah di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com