Meningkatnya anomali cuaca akibat perubahan iklim berpangkal dari emisi gas karbon, terutama di sektor transportasi dan industri. Keberadaan karbon ini menjadi obyek penelitian. Selama ini, pengukuran karbon dilakukan di darat.
Dalam pelayaran dari Bojanegara, Banten, ke Pulau Morotai, Maluku Utara, hingga Sorong, Papua, Kapal Baruna Jaya III milik BPPT melakukan pengukuran kondisi kelautan dan kandungan karbon di air laut. Dalam pelayaran selama
Hasil pengukuran pada pelayaran menunjukkan, kandungan karbon di air laut rata-rata 400 part per million (ppm). Kandungan karbon di laut lebih tinggi dari nilai standarnya, 388 ppm. Artinya, ada daya serap karbon di laut meski kecil.
Berdasarkan penelitian di
Pelayaran dilaksanakan
Rancang bangun pelambung dilakukan peneliti BPPT dan
Proyek penelitian Satreps yang melibatkan kedua pihak bertujuan mendukung proses adaptasi dan mitigasi menghadapi perubahan iklim. Diperlukan pengembangan jaringan pelampung observasi kelautan dan jaringan radar untuk memantau kondisi atmosfer.
Jejaring ini dapat meningkatkan kemampuan memprediksi curah hujan di Indonesia, yang dipengaruhi perubahan iklim yang terbentuk, kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Ridwan Djamaluddin.
Dalam kerja sama ini akan dikembangkan mitigasi efek variasi iklim yang menyebabkan banjir dan kekeringan di Indonesia. Selain itu, perlu dilakukan adaptasi di bidang transportasi dan pertanian untuk menghadapi dampak tersebut. Hal ini juga dapat berkontribusi bagi peningkatan akurasi prediksi