Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsekuensi Jagung Transgenik

Kompas.com - 19/09/2012, 01:49 WIB

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, misalnya, sampai tahun 2011 telah merilis berbagai varietas unggul baru, termasuk di antaranya 16 hibrida baru. Dalam hal ini, varietas unggul baru tanaman pangan biasanya memiliki ketahanan terhadap hama penyakit dan tahan terhadap lingkungan spesifik wilayah, seperti tingkat kesuburan tanah yang rendah dan ancaman kekeringan.

Dalam hal ini, kehadiran varietas jagung transgenik memang masuk dalam kriteria. Permasalahannya kemudian, siapkah kita menghadapi berbagai risiko kehadiran jagung transgenik di Indonesia?

Potensi risiko ini dapat dikaji dari pengaruh komponen sisipan ini terhadap makhluk hidup lain—mikroorganisme, herbivora, dan omnivora—bukan target, yang memakan tanaman transgenik, baik langsung maupun tidak langsung. Potensi lain adalah pengaruhnya terhadap lingkungan yang lebih menyeluruh dari areal pertanaman transgenik.

Seperti diuraikan sebelumnya, tanaman transgenik adalah tanaman yang disisipi gen makhluk hidup lain melalui suatu rekayasa genetika. Sebagai hasil rekayasa yang tidak alami: karena menggabungkan gen tanaman dengan gen bakteri atau gen lain yang bukan kerabatnya, dampak terhadap habitatnya bisa tidak terduga.

Menurut Dwi Andreas Santosa dalam ”Analisis Risiko Lingkungan Tanaman Transgenik” yang dipublikasikan dalam jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Oktober 2000, perubahan ini ternyata memengaruhi predator alami hama target, mulai dari ketidakmampuan mengenali mangsanya sampai turut mati sebagai korban.

Tumbuhan milkweed yang tumbuh di sekitar ladang jagung Bt ternyata juga tercemar serbuk sari jagung meski dalam jumlah yang lebih rendah dari ambang batas toksisitas terhadap larva kupu-kupu monarch. Dengan demikian, perlu dianalisis lebih lanjut dampak buruk penyebaran gen tanaman transgenik ke tanaman budi daya lain yang mampu kawin silang dengan kerabat liarnya.

Penyebaran gen dari tanaman transgenik juga sering dianggap sebagai ancaman terhadap keanekaan hayati, terutama pada tanaman liar yang sudah terancam punah, meski menurut beberapa ilmuwan pendapat ini sulit diterima.

Dampak sosial

Menurut Dwi Andreas Santosa, Ketua Program S-2 Bioteknologi Tanah dan Lingkungan IPB dan menjadi salah satu penggagas Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia, yang lebih penting lagi untuk dipertimbangkan adalah dampak ekonomi dan sosial.

Bila tanaman transgenik ditanam secara besar-besaran, akan terjadi pergeseran penguasaan benih dari mula-mula common property—di mana petani menjadi pemilik benih yang bisa disimpan dan ditanam berulang kali—menjadi milik hanya beberapa perusahaan multinasional.

Kedua benih yang sudah dianggap sebagai pakan yang aman pada tingkat berikutnya bisa direkomendasikan untuk ditanam. Ini yang berkonsekuensi pada ketergantungan petani. Pada jagung RR NK603, petani bahkan hanya bisa menggunakan produk pestisida tertentu. Inikah yang kita inginkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com