Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Prasejarah yang Terkubur di Bukit Kapur

Kompas.com - 10/09/2012, 15:15 WIB

Namun, beberapa ahli lain memperkirakan goa ini dihuni 3.000-5.000 tahun lalu. ”Bisa jadi ada dua kali penghunian atau ada beberapa lapis budaya,” kata Iwan.

Lalu, kenapa goa-goa ini kemudian ditinggalkan?

Perubahan lingkungan

Guru Besar Geologi Universitas Hasanuddin Imran Umar mengatakan, formasi kapur Maros-Pangkep yang terbentuk pada periode Eosen sampai Miosen awal, 18 juta-56 juta tahun lalu, ini sebenarnya merekam perubahan lingkungan pada masa lalu. Perubahan lingkungan itulah yang kemungkinan berdampak pada kehidupan manusia prasejarah.

”Manusia prasejarah biasanya hidup tak jauh dari pantai,” kata Imran. ”Saya menduga, goa-goa itu dulu berada di tepi pantai.”

Menurut Imran, keberadaan goa yang dihuni manusia prasejarah ini menandai periode naik-turunnya permukaan air laut pada masa lalu. ”Di Goa Tanjung Birah dan Leang-leang terdapat pantai purba. Di sana ada tebing yang terabrasi laut yang membuktikan bahwa pada masa lalu kawasan itu pernah berada di tepi pantai,” katanya.

Sekitar 30.000 tahun lalu, air laut di kawasan Asia Tenggara pernah naik hingga 65 sentimeter dibandingkan sekarang.

Di goa-goa ini juga ditemukan banyak sampah dapur manusia purba berupa cangkang kerang, yang membuktikan kawasan ini dulu berada tak jauh dari laut. Penelitian Fritz Sarasin dan Paul Sarasin menemukan umur kerang sekitar 9.000-30.000 tahun lalu.

Selain itu, lukisan perahu di beberapa goa juga menguatkan dugaan, manusia prasejarah ini pernah tinggal di dekat laut.

Jarak laut dengan Goa Sakapao saat ini sekitar 10 kilometer. Jika dulu laut pernah sampai di mulut Goa Maros-Pangkep, bisa jadi hal itu akan berulang seiring dengan perubahan iklim saat ini.

”Kini kami bekerja sama dengan sejumlah peneliti dari dalam dan luar negeri untuk meneliti perubahan iklim pada masa lalu. Dan karst Maros-Pangkep ini adalah salah satu subyek penelitian yang sangat penting,” kata Imran. ”Rugi besar kalau kemudian dirusak oleh pertambangan.” (Laksana Agung Saputra/Amir Sodikin)AGUNG

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com