Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Sulawesi yang Memikat Wallace

Kompas.com - 07/09/2012, 16:03 WIB

Namun, Wallace tidak puas dengan kesimpulannya soal Sulawesi. Hal itu terus menghantui hingga menjelang akhir hayatnya. Dalam tulisan-tulisannya yang diterbitkan tahun 1859 dan 1863-1876, dia menempatkan Sulawesi di bagian timur garis Wallace. Namun, dalam bukunya The World of Life yang diterbitkan tahun 1910 atau tiga tahun sebelum kematiannya, Wallace merevisi posisi Sulawesi menjadi kelompok pulau-pulau di barat garis itu.

Posisi Sulawesi secara khusus dibicarakannya dalam buku Island Life sebagai ”Anomalous Island” atau Pulau Anomali. ”Fauna Sulawesi sangat berbeda dengan dua bagian Nusantara sehingga sangat sulit memutuskan di mana posisi pulau ini,” tulis Wallace.

Terletak tepat di tengah-tengah hamparan kepulauan Nusantara dan dikepung dari berbagai sisi oleh pulau-pulau dengan ragam kehidupan bervariasi, karakteristik fauna Sulawesi menunjukkan sejumlah ciri khas yang mengejutkan. Posisi Sulawesi harusnya membuat pulau ini kaya fauna yang bermigrasi dari segala penjuru, lebih dari yang bisa diterima Jawa.

Di Sulawesi memang ada sebagian satwa yang memiliki ciri Australia dan Asia. Hal itu yang membuat Wallace berpikir bahwa sebagian Sulawesi kelihatannya pernah bersatu dengan Asia dan sebagian lagi pernah bersatu dengan Australia.

Namun, kenyataannya hanya ada sedikit spesies fauna pendatang di Sulawesi dibandingkan dengan pulau lain di Nusantara. Misalnya, jumlah mamalia dan burung di Sulawesi kurang dari separuh di Pulau Jawa. Padahal, Sulawesi jauh lebih luas dibandingkan dengan Jawa.

Sebaliknya, fauna khas Sulawesi justru sangat berlimpah. ”Sulawesi memiliki jumlah spesies endemis yang mengagumkan,” tulis Wallace.

Pengamatan Wallace soal kekhasan satwa Sulawesi lebih banyak didasarkan pada pengamatannya terhadap burung. Dia mencatat, dari 128 burung yang ditemukannya di Sulawesi, 80 spesies di antaranya adalah endemis. Di antara burung endemis itu, terdapat beberapa keanehan struktur yang mengejutkan dan tidak memiliki kerabat dekat dengan spesies di pulau-pulau sekitarnya. ”Spesies itu cukup terisolasi, mengindikasikan ada hubungan dengan tempat-tempat yang jauh letaknya, seperti Papua, Australia, India, atau Afrika,” ungkap Wallace.

Selain itu, Wallace juga banyak meneliti keragaman kupu-kupu Sulawesi. Dia mendata, dari 48 spesies kupu-kupu yang ditemukan di Sulawesi, 35 jenis di antaranya adalah endemis. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Jawa yang hanya memiliki 23 spesies endemis dari 70 kupu-kupu yang ditemukan di sana.

Wallace tidak membuat data rinci mamalia endemis. Namun, dia menyebutkan beberapa satwa Sulawesi yang menurut dia ajaib, di antaranya adalah babirusa, anoa, dan monyet hitam (yaki).

Penelitian terbaru tentang satwa endemis Sulawesi yang dirangkum Anthony J Whitten, Muslimin Mustafa, dan Gregory S Henderson dalam buku The Ecology of Sulawesi (1987) menyebutkan, dari 127 jenis mamalia Sulawesi, 79 di antaranya (62 persen) merupakan spesies endemis. Persentase ini bisa meningkat hingga 98 persen apabila kelelawar dimasukkan dalam penghitungan. Jumlah mamalia endemis Sulawesi merupakan yang tertinggi di Indonesia, disusul Papua (58 persen), Kalimantan (18 persen), dan Maluku (17 persen).

Pulau seluas 174.600 kilometer persegi itu juga menjadi daerah burung dan reptil endemis terbanyak nomor dua di Indonesia setelah Papua. Dari 328 jenis burung di Sulawesi, 88 spesies (27 persen) di antaranya adalah endemis. Dari 104 jenis reptilia, 29 jenis (27 persen) adalah endemis Sulawesi.

Anomali Sulawesi membuat Wallace mencari jawabannya pada proses geologi yang membentuk pulau ini. ”Pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan penyelidikan geologi yang mendalam,” kata Wallace. Dia menduga keunikan satwa Sulawesi terkait dengan perubahan permukaan Bumi pada masa lalu, konsep yang waktu itu terdengar aneh, tetapi belakangan terbukti betul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com