Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakultas Biologi UGM Temukan Tanaman Bahan Dasar Parfum

Kompas.com - 04/09/2012, 19:38 WIB
Thomas Pudjo Widijanto

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta segera mengembangkan tanaman Gama Melon Parfum  yang bisa menjadi bahan dasar parfum.

Dalam uji penelitian  Kebun Pendidikan Penelitian Pengembangan Petanian (KP4) UGM, tanaman itu bisa tumbuh dengan sangat memuaskan.

Dosen Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc., sebagai pemrakarsa penelitian itu, di sela-sela panen Gama Melon Parfum di Kebun Pendidikan Penelitian Pengembangan Petanian (KP4) UGM, Selasa (4/9/2012) menyatakan,  gama melon parfum,  merupakan kultivar baru, merupakan hasil persilangan antara indukan NO3 dengan MR5.

Kultivar ini mempunyai karakter fenotip ukuran buah kecil, kulit buah berwarna hijau dan terdapat ornament unik, rasa pahit, namun memiliki aroma yang sangat wangi.

"Dalam satu tanaman dapat dikembangkan 4-10 buah sehingga dapat diperoleh buah dalam jumlah banyak,'jelas Budi. Budi menyatakan, aroma wangi yang sangat kuat dari buah tersebut berpotensi dapat dijadikan bahan baku parfum dari bahan alam. Produk parfum yang nanti dihasilkan dapat mengurangi ketergantungan pada produk impor barang-barang kosmetik.

"Gama Melon Parfum ini dapat dijadikan subtitusi bahan baku parfum yang selama ini berasal dari bahan sintetik yang cenderung tidak ramah lingkungan," kata Budi dengan menambahkan, "Biasanya kita impor bahan-bahan sintetik untuk parfum dari Korea." .

Budi yang lama menjadi peneliti melon ini menjelaskan bahwa kultivar Gama Melon Parfum ini telah selesai melalui uji adaptasi di KP4 UGM dan akan dilakukan karakterisasi genetik serta senyawa volatil yang terkandung di dalamnya.

Dari program ini diharapkan mampu dihasilkan benih unggul Kultivar Gama Melon Parfum yang mampu dijual ke petani serta dihasilkan pula produk parfum yang mampu dijual ke konsumen.

Budi menuturkan setiap satu pohon Gama Melon Parfum rata-rata bisa berbuah antara 4-10 buah  dengan berat per buahnya antara 50 gr hingga 4 ons. Sedangkan untuk masa panen membutuhkan waktu sekitar 55-58 hari. Dalam panen kemarin bisa dipetik 600 pohon. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Ilmuwan Ungkap Manfaat Minum Kopi Sebelum Tidur Siang

Ilmuwan Ungkap Manfaat Minum Kopi Sebelum Tidur Siang

Oh Begitu
Berapa Usia Planet Tertua di Tata Surya?

Berapa Usia Planet Tertua di Tata Surya?

Oh Begitu
Berapa Jumlah Mata Laba-laba?

Berapa Jumlah Mata Laba-laba?

Oh Begitu
Cerita Astronot saat Berjalan di Bulan, Seperti Apa Rasanya?

Cerita Astronot saat Berjalan di Bulan, Seperti Apa Rasanya?

Oh Begitu
Apakah Kucing Bisa Tersenyum?

Apakah Kucing Bisa Tersenyum?

Oh Begitu
Hewan Apa yang Bisa Mengenali Dirinya Sendiri di Cermin?

Hewan Apa yang Bisa Mengenali Dirinya Sendiri di Cermin?

Oh Begitu
3 Manfaat Daging Buah Kelapa untuk Kesehatan

3 Manfaat Daging Buah Kelapa untuk Kesehatan

Oh Begitu
5 Tanda Tubuh Kekurangan Protein yang Perlu Diperhatikan

5 Tanda Tubuh Kekurangan Protein yang Perlu Diperhatikan

Oh Begitu
Ilmuwan Kembangkan Metode Deteksi Kanker Ovarium Lebih Awal

Ilmuwan Kembangkan Metode Deteksi Kanker Ovarium Lebih Awal

Kita
Ilmuwan Temukan Gundukan Rayap Tertua di Bumi

Ilmuwan Temukan Gundukan Rayap Tertua di Bumi

Fenomena
Mengapa Jeruk Terkadang Terasa Pahit?

Mengapa Jeruk Terkadang Terasa Pahit?

Oh Begitu
Ekspedisi Sisi Jauh Bulan Kembali Dilakukan

Ekspedisi Sisi Jauh Bulan Kembali Dilakukan

Fenomena
Minum dari Botol Plastik Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Minum dari Botol Plastik Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Kita
5 Hewan yang Hidup Secara Berkelompok

5 Hewan yang Hidup Secara Berkelompok

Oh Begitu
Ahli Temukan Kasus Pertama Down Syndrome pada Neanderthal

Ahli Temukan Kasus Pertama Down Syndrome pada Neanderthal

Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com