Peta 3D Alam Semesta Terbesar Memuat 400.000 Galaksi

Kompas.com - 14/08/2012, 20:25 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

MASSACHUSETTS, KOMPAS.com — Para ilmuwan mengembangkan peta semesta tiga dimensi terbesar yang pernah ada, memuat informasi paling detail tentang angkasa dengan 400.000 galaksi.

Peta yang dibuat sebagai bagian dari Sloan Digital Sky Survey III (SDSS III) itu ditargetkan memuat hampir sejuta galaksi hingga jarak 12 miliar tahun cahaya dari Bumi serta mampu mengukur jarak antargalaksi.

"Survei kali ini adalah misi paling besar yang pernah dilakukan dan volumenya lebih dari tiga kali lipat dari rekor sebelumnya," kata Daniel Eisenstein, astronom dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts, AS.

"Target kami adalah untuk memetakan seperempat dari seluruh langit dan kami baru mendapatkan sepertiganya," tambahnya seperti dikutip National Geographic, Kamis (9/8/2012) lalu.

Pembuatan peta menggunakan data yang diperoleh dari Apache Point Observatory in New Mexico. Eisenstein dan rekannya berharap dapat memahami tentang energi gelap, gaya yang menyebabkan semesta terus mengembang.

Ia mengatakan, dengan memetakan galaksi di citra 3D, efek energi gelap yang mengubah semesta sepanjang sejarahnya bisa diketahui.

Berdasarkan analisis para ilmuwan, jarak antara kluster galaksi yang terdapat di peta sesuai dengan model semesta yang mengikutsertakan energi gelap sebagai salah satu komponennya.

Lewat pengukuran secara akurat, Eisenstein dan rekannya bisa memetakan kluster galaksi selebar ratusan ribu tahun cahaya. Hasil pengukuran memberi petunjuk rupa semesta pada awal pembentukannya.

Pada masa awal kelahiran semesta, massa jenis materi yang menyusun galaksi saat ini tidak merata. Karena efek gravitasi, materi dengan massa jenis tinggi akan bergabung dengan materi massa jenis tinggi lainnya.

Seiring waktu, pengelompokan berdasarkan massa jenis semakin jelas, membentuk pola kluster yang dilihat astronom saat ini.

"Pola ini adalah jejak langsung dari apa yang terjadi pada detik pertama Big Bang. Kita melakukan survei semesta modern sebab itu menyimpan fosil rekaman yang terjadi pada masa lampau," papar Eisenstein.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau