Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Kehancuran di Tolire Jaha

Kompas.com - 01/08/2012, 16:02 WIB

Berbeda dengan Tolire Jaha dan Tolire Kecil, Danau Laguna dikelilingi permukiman padat penduduk. Danau itu juga dimanfaatkan warga untuk memelihara ikan dengan menggunakan keramba jaring apung.

Indyo Pratomo dkk dalam ”Gunung Gamalama, Ternate, Maluku Utara: Dinamika Erupsi dan Potensi Ancaman Bahayanya” dalam buku Ekologi Ternate, 2011, menyebutkan, ditinjau dari periode evolusi Gamalama, Laguna terbentuk oleh erupsi freatik pada akhir prasejarah pada masa Gunung Gamalama Tua. Sisa Gamalama Tua berada di tenggara Pulau Ternate dengan puncak tertingginya Bukit Melayu alias Gunung Kekau.

Sementara Tolire Jaha terbentuk pada periode evolusi Gunung Gamalama Muda yang menempati bagian utara pulau. Puncak tertinggi Gamalama Muda adalah Puncak Arfat (Piek van Ternate), yang merupakan puncak Gamalama saat ini, dengan ketinggian 1.715 meter di atas permukaan laut.

Danau Laguna berhubungan dengan sistem magmatik dari pusat erupsi Gamalama Muda.

Pola sebaran maar dengan kawah aktif Gamalama saat ini membentuk garis lurus dengan arah barat laut-tenggara. Kelurusan ini sejajar dengan rangkaian pulau-pulau di barat Halmahera, yaitu Pulau Tidore, Ternate, dan Hiri.

Punggung gunung

Besarnya kawah yang terbentuk di Tolire Jaha dan Laguna membuat sebagian ahli dan masyarakat awam berpendapat bahwa danau-danau itu terbentuk karena amblesan tanah akibat gempa bumi.

”Tidak mungkin Tolire Jaha terbentuk akibat letusan Gamalama, tapi akibat gempa tektonik. Letusan gunung itu terjadi di puncak, tidak mungkin di lereng atau kaki gunung,” kata Wahyu Susilo (18), warga Mangga Dua, Ternate. Keyakinan ini diperoleh dari brosur wisata yang ia baca.

Devianti Kaya (17), warga Loloda, Halmahera Barat, juga meyakini hal yang sama. Tolire Jaha yang kini menjadi obyek wisata utama Ternate hanyalah cekungan air biasa, bukan terbentuk dari letusan gunung api.

Zaenuddin menegaskan, bentuk dinding danau-danau kawah yang curam menunjukkan, danau itu terjadi akibat letusan gunung api, bukan gempa tektonik. ”Letusan samping Gamalama dapat terjadi di bagian gunung mana pun. Magma akan mencari tutupan batuan penudung paling lemah untuk keluar ke permukaan bumi,” katanya.

Keberadaan endapan letusan freatik berupa breksi letusan dan endapan tumpuan dasar di sekeliling danau semakin menguatkan bahwa danau itu terbentuk akibat aktivitas vulkanik, bukan tektonik.

Ketidaktahuan warga menunjukkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kegunungapian. Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ternate Hasyim Yusuf mengakui hal itu. Padahal, mereka hidup di atas gunung api.

Karakter letusan Gamalama umumnya berada di kawah utama di puncak gunung saat ini. Namun, letusan Gamalama dapat terjadi di bagian mana pun mengingat Ternate merupakan pulau gunung api.

Banyak warga berpikir mereka hidup di kaki gunung sehingga aman. Padahal, wilayah yang mereka huni saat ini sejatinya adalah punggung gunung.

Kaki Gunung Gamalama yang sebenarnya berada di dasar laut. Sementara Laut Maluku yang terletak di sebelah barat Ternate memiliki kedalaman lebih dari 3.000 meter.(Prasetyo Eko P/A Ponco Anggoro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com