Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kriteria Hilal Belum Disepakati

Kompas.com - 19/07/2012, 11:23 WIB

”Mengamati hilal bukan perkara mudah karena kompleksitasnya tinggi,” kata Moedji. Hal ini, antara lain, disebabkan dinamika Matahari-Bumi-Bulan hingga kondisi atmosfer.

Selain itu, masih banyak kriteria lain yang digunakan sejumlah kelompok di Indonesia, seperti sistem hisab urfi yang sangat sederhana, yaitu mematok jumlah hari dalam setiap bulan Hijriah tanpa memperhatikan dinamika bulan yang sesungguhnya. Karena itu, sebagian kelompok sudah memasuki Ramadhan pada hari Rabu dan Kamis.

Persoalan global

Belum adanya definisi tunggal soal hilal bukan hanya permasalahan umat Islam Indonesia, melainkan juga persoalan global. Berbagai kriteria telah diusulkan banyak astronom, tetapi belum ada kesepakatan untuk menggunakan satu kriteria.

Moedji menambahkan, kalender Ummul Quro yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi saat ini menggunakan konsep wujudul hilal untuk menentukan penanggalan selain bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Untuk ketiga bulan itu, rukyat tetap dijadikan acuan.

Dengan wujudul hilal, 1 Ramadhan di Arab Saudi juga akan jatuh pada hari Jumat. Namun, jika mengacu pada rukyat, seharusnya puasa akan dimulai hari Sabtu karena tinggi hilal di Mekkah saat matahari terbenam 1,2 derajat.

Dari pengalaman selama ini, sering muncul laporan melihat hilal di Arab Saudi meski secara teoretis tidak mungkin dilihat. Kesaksian itu sering diterima apa adanya tanpa proses verifikasi mendalam seperti yang dilakukan di Indonesia.

Walau kemungkinan besar Arab Saudi memasuki Ramadhan pada hari Jumat, keputusan ini tidak bisa serta-merta diikuti Indonesia.

Selama ini, masyarakat beranggapan, jika Arab Saudi memasuki Ramadhan atau Idul Fitri, Indonesia juga harus mengikuti karena waktu di Indonesia lebih cepat 4-6 jam daripada waktu Mekkah.

Alasan ini hanya berlaku jika mengacu pada sistem kalender Masehi. Jika menggunakan kalender Hijriah, waktu di Indonesia bisa lebih lambat atau lebih cepat daripada waktu Mekkah karena garis awal bulan (sama seperti garis penanggalan pada kalender Masehi) yang melengkung dan ada 235 variasi garis penanggalan bulan.

Selama belum ada kesepakatan tunggal tentang hilal, umat Islam Indonesia harus bersiap-siap untuk terus menghadapi perbedaan perayaan awal Ramadhan, Idul Fitri, atau Idul Adha. Pemerintah perlu terus merangkul semua ormas Islam hingga kesepakatan tunggal hilal itu terwujud.

Umat pun harus dididik untuk memahami perbedaan dan membuat pilihan mandiri hingga mampu menahan diri tanpa mencela kelompok lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com