Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Nelangsa demi Badak Jawa

Kompas.com - 19/06/2012, 18:33 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

"Tahun 2006 ada penembakan. Ada yang masuk ke kawasan cuma mau mengambil jengkol. Tapi dia ditembak. Mati. Makanya kita tidak berani. Masyarakat sudah ketakutan sejak saat itu," kata Sanaji memaparkan.

Sanaji mengetahui lahannya diambil saat menjumpai buldoser ada di jalur pemagaran. "Saya lihat ada buldoser. Saya tidak bisa apa-apa, kalau sudah haknya saya tidak berani. Sekarang ya saya pasrah saja," katanya.

Proyek JRSCA dilakukan dengan pemagaran berlistrik, membuat wilayah di tengah TNUK dengan luasan 3.000-4.000 hektar. Wilayah mencakup Cilintang hingga Tanjung Sodong serta Laban hingga Karang Ranjang.

Kepala Balai TNUK, Mohammad Haryono, mengungkapkan bahwa saat ini hanya tinggal 35 ekor badak jawa, 13 betina dan 22 jantan. dari sejumlah populasi tersebut, 5 diantaranya anakan, 3 betina dan 2 jantan.

Dengan wilayah yang luas, pertemuan badak jawa untuk melakukan reproduksi sulit dilakukan. Karenanya, mengkonsentrasikan badak jawa di wilayah tertentu akan membantu program peningkatan populasi satwa ini.

"Bila terkonsentrasi, akan membantu reproduksi secara alami, memudahkan pemantauan juga. Selain itu juga untuk wisata, masyarakat bisa melihat badak jawa," paparnya saat ditemui Minggu (17/6/2012).

Menanggapi keluhan masyarakat, Haryono mengungkapkan, "Masyarakat tidak selalu bisa dipercaya. Mereka bisa bilang mereka tidak punya lahan di luar, tetapi mereka sebenarnya punya."

Ia mengatakan bahwa kawasan TNUK merupakan kawasan konservasi, maka kepentingan pembangunan utamanya adalah untuk kebutuhan ekologi, mendukung konservasi Badak Jawa.

Konservasi Badak Jawa memang sangat penting. Kepunahan jenis satwa ini memang harus dicegah. Badak Jawa adalah satu dari sekian jenis badak yang sekarang masih eksis. Badak di Vietnam telah dinyatakan punah pada akhir tahun lalu.

Namun pertanyaannya, haruskah konservasi satwa mengabaikan hidup masyarakat sekitarnya?

Jahadi dan Sanaji meminta lahannya kembali. Namun, jika memang tidak bisa, mereka meminta ganti rugi atas kehilangan lahannya. Kompensasi ini yang sepatutnya juga dipertimbangkan, selain juga efektivitas pemagaran serta konsekuensi ekologis yang mungkin muncul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com