Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Kerdil Bone, Siapakah Mereka?

Kompas.com - 09/05/2012, 10:00 WIB
Kontributor Bone, Abdul Haq

Penulis

BONE, KOMPAS.com — Orang-orang berukuran kerdil ternyata tidak hanya dikenal di wilayah Kerinci Seblat, Sumatera Barat; atau Liang Bua di Flores. Bila di Kerinci mereka dikenal sebagai "orang pendek", di Flores sebagai Homo floresiensis, maka fenomena orang kerdil di Bone, Sulawesi Selatan, dikenal sebagai "Suku Oni."

Cerita mengenai keberadaan orang-orang kerdil yang hidup di gua-gua di tengah hutan ini masih simpang siur. Sebagian warga yang bermukim di sekitar pegunungan Bone menjuluki mereka sebagai makhluk setengah siluman karena sulit dijumpai dan bisa tiba-tiba menghilang dalam kerimbunan hutan. Namun ada juga yang menganggapnya sebagai makhluk biasa yang sama dengan manusia pada umumnya, hanya secara fisik lebih kecil.

Adjiep Padinding, budayawan yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan (DPRD Sulawesi Selatan) menuturkan, Suku Oni dahulu dikenal sebagai orang-orang yang sangat baik dan mau bergaul dengan warga Dusun Dekko. "Dulu itu kalau ada warga yang mau adakan pesta perkawinan, selalu pinjam perabot dari Suku Oni, seperti piring, mangkuk, dan yang lainnya. Tapi karena warga peminjam sering tak jujur, hubungan baik itu tidak berlanjut," katanya.

Warga yang dipinjami perabot, menurut Adjiep, sering kali tidak mengembalikan barang-barang yang disebutkan sangat bagus. Akibat ketidakpercayaan itu, anggota Suku Oni membatasi pergaulan dengan warga desa.

Keberadaan Suku Oni pertama kali diungkapkan oleh Ahmad Lukman, mantan Kepala Desa Mappesangka. Ia mengaku pernah berjumpa dengan orang-orang yang tingginya hanya sekitar 70 cm ini, bahkan ia mengaku pernah mengunjungi tempat tinggal mereka di dalam gua, di kawasan hutan Tanjung Palette.

"Waktu terpilih menjadi kepala desa untuk pertama kalinya, sekitar 17 tahun lalu, saya diundang oleh Kepala Suku Oni masuk ke dalam perkampungan mereka. Untuk mencapai permukiman itu, kita harus berjalan sekitar 3 kilometer. Saat hendak masuk memang agak sulit karena mulut guanya sangat kecil, hanya bisa dilalui orang kerdil. Tapi di dalam gua, keadaannya sudah berbeda, terlihat sangat luas, bahkan bertingkat-tingkat," urai Lukman.

Lukman mengatakan, tidak sembarangan orang diperbolehkan masuk ke dalam gua ini. Mereka yang ingin masuk harus melalui seorang perantara dan harus orang yang tak punya niat jahat. Masih menurut Lukman, bahasa yang digunakan suku ini berbeda dengan bahasa kampung sekitarnya sehingga komunikasi tidak mudah dilakukan.

Cerita lain menyebutkan, Suku Oni bisa "dipancing" keluar dari tempat persembunyiannya menggunakan buah pisang yang diletakkan di mulut gua. Namun, beberapa orang yang mencoba cara ini tidak mendapati kehadiran mereka.

Apakah Suku Oni benar ada? Seperti halnya kisah "orang pendek" di Kerinci, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar ada. Keberadaan mereka hanya diketahui dari cerita warga yang mengaku pernah melihatnya. 

"Saya sering dapat laporan dari warga bahwa kalau malam-malam ada orang kecil bawa obor dan ambil air di sumur," ujar Amrullah, mantan Kepala Kelurahan Palette, yang kini menjabat Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Dinas Sosial Kabupaten Bone, Selasa (8/5/2012).

Siapakah mereka, tidak ada yang tahu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Oh Begitu
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Fenomena
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Kita
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Oh Begitu
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Oh Begitu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Oh Begitu
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Oh Begitu
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Fenomena
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Fenomena
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Oh Begitu
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Kita
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Fenomena
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
Oh Begitu
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Kita
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau